Liputan6.com, Makassar - Sebagian sopir truk pengangkut sampah melancarkan aksi mogok kerja pada Minggu dan Senin lalu. Sampah yang biasa diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa Antang itu akhirnya menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap.
Arif, salah seorang sopir truk, mengatakan banyak faktor yang mendorong kemarahan para sopir dan berujung aksi mogok. Salah satunya adalah masalah operasional perawatan truk. Jatah bahan bakar minyak (BBM) yang diberikan selama ini, misalnya, dinilai tidak mencukupi lagi sehingga perlu ditambah.
Begitu pula dengan masalah ban. Sopir seringkali harus menanggung biaya perawatan dari kocek pribadi lantaran ribetnya mekanisme birokrasi. Di sisi lain, mayoritas kondisi truk tidak laik. Dari 137 armada pengangkut, 40% dikabarkan dalam kondisi rusak karena faktor usia dan minimnya perawatan berkala.
Hal itu dianggap memperberat sopir karena gaji yang diperoleh sudah tidak sepadan dengan biaya hidup yang semakin mahal. Karena itu, ia meminta agar pemerintah daerah menyesuaikan gaji mereka.
Â
Baca Juga
"Wali Kota Makassar sudah berjanji mengatasi persoalan operasional seperti ban, BBM, dan tunjangan makan minum itu," ujar Arif kepada Liputan6.com, Rabu (6/1/2016).
Pernyataan Arif diamini Camat Manggala, Anshar. Ia mengatakan, aksi demo untuk menutup TPA Tamangapa dan mogok angkut para sopir truk tidak terjadi lagi sejak Senin, 4 Januari 2016. Semua masalah itu sudah diselesaikan dalam pertemuan antara perwakilan sopir dan Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
"Pak Wali Kota sudah putuskan mendukung aspirasi sopir kontainer dan secara teknis. permasalahan itu diserahkan pada Kecamatan Manggala agar TPA Tamangapa tidak ditutup," kata Anshar.
Menanggapi masalah itu, Indra, warga Kompleks Perumnas Panakukang, menyatakan sempat terganggu dengan adanya masalah itu. Karena itu, perlu adanya kesadaran warga untuk membuang sampah yang menumpuk di wilayah perkotaan jumlahnya memang sangat banyak.
"Selain masalah tidak terangkut, kesadaran dari masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya seperti di kontainer sampah yang sudah disediakan masih minim. Dan, volume sampah paling banyak disumbangkan dari sampah rumah tangga dan sejumlah sampah pasar tradisional," kata Indra.
Advertisement