Nyaris Punah, Tradisi Batik Malam Palembang Dihidupkan Lagi

Aktivitas membatik malam khas Palembang kembali dihidupkan, bahkan menjadi kurikulum khusus.

oleh Nefri Inge diperbarui 21 Feb 2016, 09:27 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2016, 09:27 WIB
Batik Palembang
Tradisi membatik di Palembang menggunakan malam atau lilin semakin tergerus zaman. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Tradisi membatik di Palembang, Sumatera Selatan menggunakan malam atau lilin semakin tergerus zaman. Di pasar kain batik di Palembang, bahkan tak ada lagi tersedia kain batik malam.

Namun di tangan para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 7 Palembang, aktivitas membatik malam khas Palembang kembali dihidupkan. Bahkan menjadi kurikulum khusus.

Seperti disampaikan Carniawati, Kepala Program Kriya Tekstil SMKN 7 Palembang, jurusan tekstil ini menjadi salah satu langkah membudayakan tradisi asli Palembang.

"Ada jurusannya tekstil, jadi ada kurikulumnya untuk membatik malam. Ini cara kami untuk mengembangkan budaya yang ada," ucap Carniawati kepada Liputan6.com saat memantau Ujian Kompetensi (UK) Batik Malam di Bengkel Tekstil SMKN 7 Palembang, Sabtu 20 Februari 2016.

Minat para siswa untuk masuk ke jurusan tersebut juga banyak. "Tapi kita lebih selektif memilih siswanya sesuai dengan kompetensi mereka," imbuh dia.

Batik malam dibuat di atas bentangan kain primisima polos sepanjang 2 meter, diukir menggunakan canting dan bahan lilin yang dipanaskan.

"Kegiatan UK membatik yang diikuti 29 siswi ini digelar selama 5 hari. Sejak Selasa (16 Februari 2016) hingga Sabtu ini. Proses membatik pun cukup rumit dan beruntun," papar Carniawati.

Sebelum para siswa membatik, motif yang akan dibuat disiapkan, lalu didesain di atas kain, barulah dibatik menggunakan canting. Pewarnaannya sendiri bisa dilakukan hingga 3 kali. Terakhir, kain yang sudah dibatik akan direbus dan‎ akan terlihat hasil akhirnya.

Ada beberapa motif khas Palembang yang diukir, seperti motif Jembatan Ampera yang sudah menjadi hak paten SMKN 7 Palembang, motif sur, bunga melur. Tak jarang beberapa gambar batik terilhami ‎dari motif Jawa, seperti motif Cirebon, Mega Mendung dan lainnya.

"Dari hasil UK siswa, akan kita nilai hasil keterampilannya. Yang terbaik, akan diikutsertakan ke berbagai pameran dan akan dijual juga. Harga batik malam Palembang dipatok dari Rp 350 ribu hingga Rp 1 jutaan," beber Carniawati.

Motif Rumit, Harga Lebih Mahal

Proses pembuatan dan motifnya lebih rumit, harganya bisa lebih mahal. "Yang pesan batik malam ke sini juga ada, biasanya untuk para petinggi atau warga lokal yang meminta dibuatkan batik untuk keluarganya meninggal," lanjut dia.

Tradisi membatik di Palembang menggunakan malam atau lilin semakin tergerus zaman. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Kendati sudah banyak lulusan seni membatik, nyaris tidak ada para alumni sekolah ini yang meneruskan kebudayaan daerah tersebut. Para siswa sebagian besar lebih memilih jurusan lain saat melanjutkan pendidikan. Bahkan para alumni lebih tertarik menggeluti usaha lain.

"Jarang yang melanjutkan tradisi membatik seperti ini. Hanya ada satu siswa saya membuat usaha batik Palembang, ada juga yang bekerja di home industry batik. Tapi hanya beberapa orang saja," ungkap Carniawati.

Menurut ‎Nike Ambarwati (17), siswi kelas 12 Kriya Tekstil SMKN 7 Palembang, yang sulit dari membatik malam ini adalah saat mencanting lilinnya.

"Cara cantingannya yang harus benar, kalau saat menggambar batik, cantingan lilinnya tipis, lilinnya akan melebar dari motifnya. Makanya harus tebal-tebal, jangan terlalu panas juga. Jadi harus berhati-hati, apalagi saat meniup canting,kita harus tahan dengan panasnya," tutur Nike.

Berasal dari Jawa

Ternyata, asal muasal batik lilin Palembang bukan dari kebudayaan asli daerah. Membatik sebenarnya berasal dari tradisi masyarakat Jawa yang meluas hingga ke Pulau Sumatera.

Sejarawan Sumatera Selatan, RM Ali Hanafiah menuturkan, ‎tradisi ini awalnya dibawa oleh masyarakat Jawa yang bermukim di Palembang. "Awalnya memang dari Jawa, saat warga Jawa datang ke Palembang, mereka membawa kebudayaannya dan juga pola hidupnya. Dan terus mengakar hingga sekarang."

Namun, Ali mengakui, batik Palembang dulunya memang diproduksi banyak. Hanya saja sekarang agak sulit. Yang menggunakan batik Palembang juga kebanyakan orang lama dan yang masih mengikuti tradisi Palembang.

Beberapa tradisi Palembang menggunakan batik lilin adalah saat pernikahan dan kematian. Di mana, batik lilin berwarna cerah biasa digunakan untuk acara pernikahan, dan batik lilin bermotif hitam dan biru untuk membungkus jenazah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya