Liputan6.com, Semarang - Sebagian orang menilai Michael Josepin Harisananda, bayi berusia 4 bulan dari orang tua beralamat di Jalan Aribuana nomor 35, Kota Semarang, sebagai bayi sakti. Namun, sebagian kasihan dengan bayi jantung di luar itu.
Bukan tanpa alasan sebutan itu diberikan. Pasalnya, sejak lahir bayi berjenis kelamin laki-laki itu mampu bertahan hidup hanya dengan bantuan mangkok sayur sebagai penutup jantungnya yang keluar menembus dada.
Tidak itu saja, kendati memiliki kelainan pada jantungnya, putra Andreas Setiabudi honorer Dinas Pemadam Kebakaran Pemkot Semarang dan Agustin tetap terlihat ceria bahkan selalu menebarkan senyum.
Senyum manis, selalu tersungging di bibir mungil sang bayi manakala sang ibu dengan hati-hati mengusap di sekitar dada dengan berusaha tidak mengenai jantung sang buah hati.
Ketika pembersihan dada, Agustin yang sering ditinggal sang suami untuk siaga menjaga keamaan Kota Semarang dari bahaya kebakaran, juga menyempatkan diri membersihkan perban yang menjadi perekat antara mangkok sayur dengan dada sang bayi.
Baca Juga
Baca Juga
Michael, dengan tingkah khas bayi tidak segan mengajak warga yang membesuknya menahan tersenyum lantaran melihat wajah lucu sang bayi. Namun pembesuknya menjadi sedih lantaran melihat jantung sang bayi yang berwarna kehitaman terlihat berdenyut kendati berada di luar dada.
Tidak saja senyum, dengan suara khas bayi yang belum bisa berbicara, Michael yang terus berjuang hidup juga tetap menghibur kedua orang tuanya yang tengah berusaha mencari dana untuk pengobatan.
“Michael terindikasi mengalami kelainan jantung dengan kondisi dua bilik terbuka. Jantungnya berdenyut kendati berada di luar kulit dada,” kata Agustin.
Saat awal kelahiran, sang bocah sudah menunjukkan hal mencurigakan. Dengan keterbatasan dana dari penghasilan sang suami sebagai honorer di Dinas Pemadam Kebakaran, Agustin tetap memeriksakan sang bocah ke rumah sakit.
“Melihat kejanggalan pada saat melahirkan, kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan. Dalam tiga minggu sempat dilakukan perawatan di Rumah Sakit Kariadi Semarang,” katanya.
Advertisement
Dari pemeriksaan, dokter mengeluarkan diagnosa jika sang jabang bayi terindikasi mengalami kelainan jantung dengan kondisi dua bilik terbuka.
“Kendati tahu apa penyakitnya, tapi karena keterbatasan dana maka Michael saya bawa pulang kendati tidak dilakukan operasi penutupan,” tambahnya.
Namun, kondisi jantung yang berada di luar kulit dada membuat sang anak kesulitan bernafas. “Karena seperti ini kondisi bayi saya sulit bernapas serta sering mengalami kekurangan oksigen,” tambahnya.
Dengan segala keterbatasan dan minimnya anggaran, Agustin, dengan setia merawat anak keduanya tersebut. Bahkan untuk mengontrol kesehatan sang buah hati orang tua sering meminta Dokter Nunung, petugas puskesmas setempat, untuk datang sekedar melakukan pemeriksaan fisik sang bayi.
Namun begitu, lantaran sang dokter bukan spesialis panyakit dalam maka pemeriksaan masih sebatas fisik dan bukan pada jantung.
“Pemeriksaan kesehatan terus dilakukan saya meminta dokter Puskesmas Krobokan memeriksa kondisi kesehatannya sebelum dilakukan operasi bedah jantung pada usia enam bulan,” kata Agustina.