Melongok Tempat Lahir Jenderal Besar Soedirman

Tempat lahir Jenderal Soedirman nyatanya bukan rumah orangtua kandungnya.

oleh Aris Andrianto diperbarui 18 Mar 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2016, 06:00 WIB
Film Jenderal Soedirman
Hari Pahlawan, ini cuplikan adegan film Jenderal Soedirman. (dok. Padma Pictures)

Liputan6.com, Purbalingga – Tohar (57), penjaga Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman, masih kesal dengan ulah seorang remaja Purbalingga, pekan lalu. Remaja tersebut mengacungkan jari tengahnya ke foto Jenderal Soedirman di tempat pahlawan nasional itu lahir.

"Anak itu harus belajar bagaimana menghargai sejarah," ujar Togar, Kamis (17/3/2016).

Monumen itu, kata Togar, memang diperuntukkan bagi umum. Siapa saja boleh datang dan melihat koleksi penanda sejarah masa lalu. Pengunjung monumen terbanyak adalah para pelajar. Saat mereka hadir, pemandunya adalah aparat TNI.

Melalui monumen itu bisa diketahui bila Soedirman lahir di Dukuh Rembang, Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Letak desa itu sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Purbalingga dan bisa ditempuh sekitar 45 menit.

Luas kompleks Monumen Kelahiran Jenderal Soedirman sekitar 3,5 hektare. Namun, yang digunakan untuk bangunan duplikat rumah, perpusatakaan umum, museum, dan masjid hanya sekitar 5.000 m2.

Di bagian depan monumen ada tanah lapang yang cukup luas. Dua buah meriam yang mengapit sebuah panser diletakkan di bagian depan lapangan. Ketiganya dipagar besi warna hijau.

Pengunjung yang ingin masuk ke dalam monumen harus membayar tiket masuk Rp 2 ribu. Setelah pintu masuk, ada tembok yang berisi relief tentang perjalanan hidup Soedirman sejak lahir hingga meninggal dunia.

Menurut Tohar, monumen dibangun pada 1976 dan setahun kemudian selesai pembangunannya. "Bentuk rumah disesuaikan dengan bentuk rumah asli Wedana Tjokrosunaryo," kata dia.

Menurut dia, rumah asli Tjokro dulunya beratapkan daun alang-alang. Pagarnya terbuat dari anyaman bambu. Kesaksian itu dibenarkan Naroji (70). Rumah Naroji persis berada di belakang rumah Tjokro.

"Dulu sebelum dipugar, atapnya masih terlihat terbuat dari daun alang-alang," kata dia dalam Bahasa Banyumasan.

Masa Kecil Soedirman

Masa Kecil Soedirman

Naroji mendengar kisah kelahiran Soedirman dari ayahnya, Mertadinala. Saat itu, kata dia, Soedirman sebenarnya hanya menumpang lahir di tempat itu. Siyem, ibu Soedirman, berkunjung ke rumah Tjokro saat usia kandungannya menginjak 9 bulan.

Siyem bersama ayah Soedirman sebenarnya tinggal di Desa Tipar, Kecamatan Rawalo, Banyumas. Karena tak mempunyai anak, Tjokro mengangkat Soedirman sebagai anak. Tjokro dibantu oleh Sanwikrama yang bertugas sebagai rewang dalam mengasuh Soedirman.

Saat berusia enam bulan, Tjokro pensiun sebagai wedana dan kembali ke Cilacap. Ia membawa serta Soedirman saat pulang ke Cilacap.

Rumah Tjokro terdiri atas empat ruangan, termasuk dua kamar di bagian depan rumah. Kamar di sebelah kiri merupakan tempat Soedirman lahir. Ada sebuah ayunan bayi terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan, ruang di sebelah kanan merupakan ruang tamu.

Persis di sebelah ruang Soedirman lahir terdapat sebuah kamar tidur untuk Tjokro. Sebuah tempat tidur berkelambu putih ada di ruang itu beserta sebuah lemari kayu.

Di ruang tengah terdapat meja dan kursi duplikat. Selain itu, ada juga diorama mini yang menggambarkan perjalanan hidup Soedirman sejak lahir hingga menjalani perang gerilya.

Menurut Kusdiatmoko, penjaga perpustakaan di samping monumen, bentuk rumah itu masih asli. "Jalan penghubung antara pendopo dan rumah utama juga asli. Hanya lantainya yang dulu dari tanah kini sudah dikeramik," kata dia.

Perbaikan jarang dilakukan. Secara umum, kondisinya masih bagus. Hanya salah satu tiangnya sudah keropos dimakan rayap di dinding rumah bagian belakang. Salah satu bagian atap juga ada yang sudah bolong.

"Dulu tiap tahun atap dari alang-alang diganti. Karena repot, akhirnya diganti dengan seng permanen," kata Kusdiatmoko.

Paket Wisata Soedirman

Paket Wisata Soedirman

Museum itu sering dikunjungi pelajar untuk wisata sejarah. Gedung pertemuan di samping rumah juga sering digunakan penduduk untuk pertemuan dan hajatan.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Purbalingga, Prayitno, mengatakan paket wisata Soedirman merupakan paket wisata untuk menggugah semangat nasionalisme dan pantang menyerah, khususnya bagi para siswa. Paket ini muncul saat mengetahui banyak siswa di Purbalingga yang ternyata belum pernah berkunjung ke MTL Soedirman.

Di sisi lain juga membangkitkan siswa untuk melakukan wisata sejarah. Paket wisata itu juga bisa dipakai pihak sekolah untuk memindahkan pembelajarannya ke luar sekolah.

Dalam paket itu, lanjut Prayitno, pihaknya sengaja mengajak TNI untuk bekerja sama sebagai pemandu wisata dan sekaligus sebagai motivator untuk membangun semangat nasionalisme.

Prayitno menambahkan, untuk paket wisata ini, selain menggandeng pihak TNI, Dinbudparpora juga memberdayakan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di sekitar MTL Soedirman.

Pokdarwis nanti akan memasarkan paket wisata ini dan sekaligus menyiapkan akomodasi jika diminta. Pokdarwis juga menjual suvenir berupa kaos, slayer atau gantungan kunci dengan tema Soedirman.

"Mudah-mudahan, paket wisata Soedirman ini, semakin memupuk semangat nasionalisme bagi anak-anak dan di sisi lain juga mendongkrak kunjungan wisata ke MTL Soedirman," kata Prayitno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya