Keseruan Bocah-Bocah Semarang Berebut Kupat Jembut

Sekitar 250 anak berebut kupat jembut yang digantungkan di rumah-rumah warga.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 14 Jul 2016, 19:22 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2016, 19:22 WIB
Keseruan Bocah-Bocah Semarang Berebut Kupat Jembut
Sekitar 250 anak berebut kupat jembut yang digantungkan di rumah-rumah warga. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Semarang - Jembut yang satu ini jauh dari kesan porno. Anak-anak kampung Jaten Cilik Pedurungan bahkan menantinya. Namanya adalah kupat jembut, sebuah makanan yang hanya muncul sepekan setelah lebaran.

Kupat jembut hadir memeriahkan perayaan syawalan. Diawali dengan pesta petasan sejak selepas Salat Subuh, bocah-bocah kampung Jaten Cilik biasanya langsung keluar rumah, dan berebut ketupat berisi sayuran.

Beberapa bocah yang terlambat bangun, rela berlarian demi mendapatkan ketupat yang telah melegenda di Semarang itu. Tak kurang 250 anak berebut 100 ketupat yang digantungkan di rumah-rumah warga.

Menurut Alim, salah satu bocah, ketupat jembut berbeda dengan ketupat lebaran. Rasanya lebih enak karena sudah diberi bumbu saat memasak.

"Enggak usah repot-repot pakai kuah, krecek, opor. Ini kan udah ada sayurannya," kata Alim, bocah sembilan tahun ini, Kamis (14/7/2016).

Menurut Munawir, salah satu warga, perayaan Syawal tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Meski dilarang membunyikan petasan, warga membulatkan hati menggelar pesta petasan dan kembang api. Tentunya berukuran kecil.

"Baru tahun ini kita gelar pesta petasan. Kita bentuk panitia acara biar acaranya teratur dan semakin semarak," kata Munawir.

Selain kupat jembut, anak-anak juga memperebutkan saweran. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Tradisi Syawalan dengan bagi-bagi kupat jembut itu ternyata menjadi semacam magnet bagi diaspora kampung Jaten Cilik. Warga perantau makin banyak yang menyempatkan diri sekadar mengikuti tradisi ini.

"Kangen. Ingat masa kecil saya," kata Achmad, warga Jaten Cilik yang merantau di Jakarta.

Selain membagikan kupat jembut, disebar pula lembaran rupiah saat acara berlangsung. Bocah-bocah itu ada yang mendapatkan Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu.

"Kami memaknai pembagian kupat jembut sebagai sedekah sekaligus penyempurna ibadah puasa yang sudah dijalani selama 30 hari. Dan juga puasa Syawal selama enam hari," kata Munawir.

Penamaan kupat jembut sendiri sampai saat ini belum jelas asal usulnya. Namun, warga meyakini bahwa penamaan itu disebabkan tampilan ketupat yang diisi sayuran. Salah satunya tauge yang menyerupai rambut kemaluan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya