Liputan6.com, Palembang – Obstructive Sleep Apnoea Syndrom (OSAS) masih mengancam kesehatan Rizki Rahmat Ramadhan (10), bocah obesitas Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Meskipun selang ventilator yang menyuplai oksigen sudah dilepaskan, sindrom itu masih bisa berulang dan menghentikan suplai oksigen.
OSAS adalah sindrom terhentinya suplai oksigen dari paru-paru ke otak sementara, terutama saat tidur. Salah satunya disebabkan tumpukan lemak di tenggorokan yang mengganggu jalannya suplai oksigen.
Menurut Aditiawati, dokter spesialis anak dan Koordinator Dokter Penanggung Jawab (DPJB) pasien Rizki di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang, alat bantu berupa Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) sangat membantu untuk suplai oksigen pasien yang mengalami sindrom itu.
"Beberapa hari lalu, kita sudah melepas selang ventilator dan diganti alat bantu CPAP. Kalau tidur saja dipasang CPAP. Meskipun CPAP bisa dilepas kapan saja, tapi sampai saat ini kita belum tahu bagaimana kondisi selanjutnya," ujar Aditiawati kepada Liputan6.com, Rabu, 27 Juli 2016.
Baca Juga
Advertisement
Alat bantu CPAP nantinya masih akan digunakan meskipun Rizki sudah keluar dari ruang ICU dan rumah sakit. Bahkan, alat bantu ini harus digunakan di rumah jika OSAS masih mengganggu kesehatan Rizki saat tidur. Jika dia tidak tidur, bantuan selang oksigen sudah cukup menambah suplai oksigen di dalam tubuh pasien dan perlahan bisa dilepaskan.
Tim dokter juga sudah memberikan terapi dan konseling keluarga untuk mendukung program penurunan berat badan bocah kelas 6 SD itu, mulai terapi nutrisi hingga pendampingan psikologi. Dengan begitu, keluarga turut andil mengontrol pola hidup sehat Rizki setelah keluar dari rumah sakit.
"Pengaruh lingkungan sangat besar untuk pasien obesitas. Dokter hanya sebagai fasilitator saja, peran keluargalah yang sangat penting. Jalankan programnya secara bertahap, mulai dari mengajak pasien bergerak dan olahraga sesuai dengan kesukaannya, mengontrol waktu makan, asupan dan emosi pasien," kata Rizki.