Liputan6.com, Sleman - Mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat gebrakan hebat dengan membentuk formasi lambang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lapangan Pancasila, Graha Sabha Pramana (GSP), Bulaksumur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sebanyak 745 mahasiswa baru UGM itu membuat lambang PBB dari caping atau topi petani berwarna biru dan putih, yang dipakai mereka. Tak hanya itu, mereka membuat formasi kegiatan yang sama mulai 2012 hingga 2015 dari peta kepulauan Indonesia, tulisan Indonesia Raya, Garuda Pancasila, dan lambang ASEAN.
Rektor UGM Dwikorita Karnawati mengatakan ada tiga hal yang didapatkan mahasiswa baru UGM selama lima hari ini. Pertama, mahasiswa baru harus membangun kebersamaan, toleransi, dan motivasi di mana mahasiswa berupaya menjadi mahasiswa UGM sesungguhnya. Kedua, mahasiswa baru UGM selama kuliah harus mampu lebih menunjukkan Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Ketiga selama belajar nanti harus mampu menyiapkan diri menjadi pemimpin dunia. Siapa tau yang duduk di depan saya 20 atau 10 tahun lagi pemimpin perserikatan bangsa bangsa. Selamat menempuh pendidikan di UGM, selamat menjadi pemimpin dunia," ucap Dwikorita di hadapan ribuan mahasiswa UGM, Sabtu (6/8/2016).
Sementara, alumnus UGM yang juga Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa UGM adalah universitas yang memiliki kemajemukan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Kemajemukan itu nantinya akan menjadikan para mahasiswa memiliki kepekaan sosial. Dengan begitu, mahasiswa baru UGM diharapkan bisa meningkatkan hubungan baik antara manusia.
"Yakinlah, seseorang yang memiliki kecerdasan lebih baik dan menjadikannya sebagai insan-insan yang berhasil," ujar Budi Karya.
Alumnus Jurusan Arsitektur UGM tahun 1981 itu pun berpesan kepada para mahasiswa baru untuk menempa diri dengan kegiatan positif di luar perkuliahan. Menurut dia, mahasiswa akan berhadapan dengan masyarakat, sehingga mahasiswa harus memiliki competitive advantage yang bisa ditempa lewat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Di samping mengasah kecerdasan intelektual, yang perlu dipelajari adalah kecerdasan sosial, dan spiritual. "Saat kesadaran sosial, spiritual menyatu akan menjadi manusia yang bekerja dan bertindak dengan hati," Menhub Budi Karya menandaskan.