Liputan6.com, Serang - Udin Angkot, begitu dia biasa disapa oleh teman-temannya. Pria berusia 49 tahun yang setiap hari menarik angkutan kota (angkot) jurusan Pandeglang-Serang ini tak berbeda dengan kebanyakan pengemudi angkutan umum lainnya. Ia memakai pakaian yang lusuh dan kerap menggunakan kaus, yang seolah menjadi trade mark-nya setiap hari.
Namun ada yang berbeda jika kita menelisik ke dalam angkotnya. Di bagian belakang mobil berwarna abu-abu gelap mendekati warna hitam, terdapat sebuah rak dengan tumpukan buku bacaan.
Dengan segala keterbatasan, Udin ingin mengajak masyarakat yang menaiki angkotnya untuk gemar membaca. Selain itu, ia punya misi mulia memberantas buta huruf.
"Sekitar tahun 2007 saya buka kios buku cuma 10 buku. Alhamdulillah sekarang sudah 400-an buku. Setelah kios buku, sekarang saya bangun taman bacaan di angkot," ucap Udin Angkot saat ditemui di perempatan Cijawa, Kota Serang, Banten, tempat biasa dia ngetem atau menunggu penumpang, Senin, 17 Oktober 2016.
Advertisement
Baca Juga
"Rugi sih rugi, tapi karena senang, ya enggak apa-apa," Udin Angkot menambahkan.
Di tengah teriknya matahari yang menyinari Kota Serang, saat deru mesin kendaraan bersahutan, penumpang Udin Angkot tetap setia betah berlama-lama di dalam angkotnya yang sudah mulai tampak keropos di beberapa sisinya.
Terik matahari dan debu jalanan tak dihiraukan oleh sejumlah penumpangnya. Bahkan, para pelajar yang menunggu di dalam angkot hingga muatan penuh pun tak mengomel. Karena di tangannya, mereka sedang memegang buku dan matanya pun sibuk membaca kalimat per kalimat dari buku yang disajikan.
"Tujuan saya cuma untuk menumbuhkan minat baca. Kalau ada buku yang dibawa penumpang, ya saya ikhlaskan saja. Apalagi saya sekolahnya cuma S3. SD, SMP, terus sopir angkot," seloroh Udin sembari tertawa.
Semangat Belajar Tak Pernah Padam
Meski tak berpendidikan tinggi dan harus mengejar setoran, semangat Udin untuk belajar tak pernah pudar hingga rambutnya mulai berwarna putih. Bahkan, untuk membuat rak buku, tempat duduk di bagian belakang angkotnya harus dipotong. Akibatnya, jumlah tempat duduk untuk penumpang pun berkurang.
Jika diukur, maka dua penumpang berkurang di dalam angkotnya. Dari sebelumnya 10 orang, kini hanya muat delapan penumpang.
Pria bernama asli Edi Bahrudin yang merupakan warga Curug Sawer, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten, ini pun telah membukukan 72 karya puisinya. Hebatnya, karyanya itu telah dijual di 17 provinsi dengan judul "Tidur dalam Mimpi" yang diterbitkan oleh Puri Pustaka Bandung pada 2012.
"Saya juga kaget dapat royaltinya sampai Rp 12 juta. Kayak mimpi. Sekarang saya sedang menyiapkan buku cerpen. Saya yakin bisa, waktu itu ada festival baca di Jakarta saya minta buku dikasih 10 buku. Dari situ saya coba, dengan membuka TBM di rumah dan respons baik, alhamdulillah," tutur Udin.
Kini, ia mengaku tengah membuat cerita pendek (cerpen) sebayak 30 judul yang diinspirasi dari kisah nyatanya sebagai sopir angkot Pandeglang-Serang.
"Saya juga saat ini terus menulis dan membaca. Saya tengah membuat 30 judul cerpen yang terinspirasi dari kehidupan dan pengalaman diri sebagai sopir angkot," sang sopir angkot berhati mulia itu memungkasi.
Advertisement