Liputan6.com, Yogyakarta - Merapi Volcano Expo 2016 menjadi kesempatan bagi masyarkat yang ingin mengetahui seluk beluk Merapi, termasuk di dalamnya evolusi Merapi dari tahun ke tahun. Merapi Volcano Expo 2016 ini digelar mulai 14 Desember 2016 - 23 Desember 2016.
Dewi Sri, staf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan, evolusi yang terlihat dari Gunung Merapi tampak dalam kubah lava.
Perubahan signifikan terlihat pada 1872 dengan terbentuknya gunung anyar. Belakangan, perubahan kubah lava terlihat saat erupsi pada 1930-1931. Saat itu, arah letusan mengarah ke sebelah barat di Gunung Merapi.
"Membuka ke arah barat daya besar sekali. Cukup lama dari 1931 baru berubah di 2006. Ini ada penyimpangan ke arah barat era 1950-an 53, 54, 55, 56, 57 itu ke arah barat laut. Jadi, tidak barat bener. Tahun 1994 dominasi ke arah barat tapi deket ke selatan," ujar Dewi di kantor BPPTKG, Senin, 19 Desember 2016.
Dewi mengatakan erupsi Merapi pada 2006 menjadi titik balik peneliti Merapi saat itu. Setelah sekian puluh tahun mengarah ke barat, erupsi Merapi pada 2006 itu telah mengubah arah kubah lava yang ada ke arah selatan.
Baca Juga
"Kenapa di awal proses secara visual, eksternal, ada guguran lava pijar dulu dari kubah-kubah yang lama. Kemudian, perpindahan barat ke selatan itu 2006 dengan runtuhnya Geger Boyo. Koridor ke arah selatan ini, 2006 kita belum sadar baru ke arah selatan," tutur dia.
Dewi mengatakan setelah erupsi Merapi pada 2006, arah letusan ke selatan sangat terlihat usai erupsi 2010. Erupsi saat itu semakin menguatkan posisi kubah lava yang mengarah ke selatan. Dengan temuan itu dimungkinkan arah letusan selanjutnya kembali mengarah ke selatan.
"Tahun 2006 membuka, lalu 2010 dibesarkan untuk ke arah selatan tenggara. Berdasarkan sejarah, maka dominasinya akan ke arah mengikuti bukaan kawah," ujar Dewi.
Letusan Tipe Merapi
Dewi mengatakan Gunung Merapi memiliki tipe letusan khusus yang dinamakan letusan tipe Merapi. Letusan Merapi ini hanya ada di Gunung Merapi dan tidak ditemui di gunung lainnya.
Letusan tipe Merapi ini memperlihatkan setiap kali meletus akan meninggalkan kubah. Kubah yang ada itu lama-lama akan memenuhi kawah yang terbentuk pada erupsi 1930-1931 lalu. Merapi akan memilih bagian puncak paling rentan untuk digugurkan atau dijatuhkan oleh guguran lava yang belum pijar.
"Yang rentan akan ditekan terus sampai permukaan oleh magma sampai di permukaan menjadi lava pijar digugurkan kembali menjadi guguran lava pijar. Menggugurkan kubah yang ada untuk menjadikan awal letusan dan diakhiri dengan kubah lava baru," kata Dewi.
Ia mengatakan saat ini Merapi dalam kondisi normal. Setiap pekan, BPPTKG selalu mengecek perkembangan Merapi. Seperti pekan lalu, saat dievaluasi ada gempa guguran yang muncul gempa tektonik dan gempa tektonik dalam lima kali dan multifase dua kali.
Ia mengatakan pemantauan Merapi BPPTKG memakai empat metode tadi yaitu seismisitas, deformasi, geokimia dan visual. Namun walau BPPTKG memiliki alat yang canggih, saat ini belum menjamin ke mana arah letusan dalam erupsi selanjutnya.
Menurut dia, hal itu yang menjadi keunikan letusan Merapi. Gunung teraktif di Pulau Jawa itu tidak mudah ditebak karena prekursor dan kontinuitasnya tidak sama antarletusan.
"Makanya, harus waspada baik masyarakat dan kita sendiri," ujar Dewi.
Advertisement