Liputan6.com, Pinrang - Potret kemiskinan terekam di Kabupaten Pinrang yang terkenal sebagai lumbung padi di Sulawesi Selatan. Seorang ibu dan anaknya yang masih berusia 8 tahun hanya bisa makan pisang rebus untuk mengganjal perut. Jika kondisi lebih baik, ia bisa makan nasi dengan garam sebagai lauk.
Hasnaeni, perempuan berusia 44 tahun, tinggal berdua dengan putra tercinta, Muhammad Aras (7). Keduanya tinggal di sebuah gubuk reyot berukuran 4x6 meter di Dusun Banga-banga, Desa Bunga, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Tanah menjadi lantai rumahnya. Tak ada kursi untuk tamu. Hanya sebuah bangku tua lapuk yang tidak mirip kursi yang digunakan untuk duduk. Dinding rumah Hasnaeni yang sebagian besar telah bocor ditutupi kain sarung dan kelambu.
"Yah, beginilah kondisinya, Pak. Tidak ada apa-apa di rumah ini," kata Hasnaeni saat ditemui di kediamannya, Senin, 27 Februari 2017.
Hasnaeni telah 10 tahun tinggal di gubuk tersebut. Selama tinggal di sana, Hasnaeni mengaku kerap tidak punya uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, bahkan untuk sekadar makan nasi. Ia baru makan nasi ketika beras Rastra dibagikan oleh pemerintah desa.
"Cuma makan pisang rebus, kadang juga makan nasi campur garam. Tidak ada kompor cuma dimasak pakai kayu bakar," ujar dia singkat sambil tersenyum malu.
Baca Juga
Advertisement
Keadaannya makin susah setelah kepergian suaminya tiga tahun lalu. Suaminya, La Rappe, wafat pada 2013. Sejak saat itu ia harus berjuang sendiri untuk menyekolahkan anak semata wayangnya.
"Sekarang anak saya sudah kelas 1 SD. Syukur dia masih bisa sekolah," kata dia.
Hasnaeni hanya bekerja sebagai buruh tani saat musim panen. Jika bukan musim panen, ia tak memiliki penghasilan apa pun. "Jadi kalau bukan musim panen tidak ada lagi yang bisa dikerjakan," kata dia.
Kerasnya hidup tak menyurutkan semangatnya untuk terus berusaha. Meski masih berharap belas kasih dari masyarakat sekitar tempat tinggalnya, baginya pantang untuk menjadi pengemis, apalagi mencuri untuk memenuhi kebutuhan perutnya.
"Tentu kami mengharap bantuan, tapi tidak untuk meminta-minta atau menjadi pengemis, apalagi mencuri," kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Desa Bunga Muhammad Jafar mengaku telah mengajukan proposal bedah rumah agar gubuk Hasnaeni dapat direnovasi sejak 2014. "Namun, tak kunjung terealisasi hingga saat ini," ujar dia.
Untuk saat ini, ucap Jafar, pihaknya hanya bisa membantu keluarga Hasnaeni dengan bantuan Beras Miskin (Raskin) serta uang senilai Rp 300 ribu setiap bulannya. "Itu tiap bulan kami berikan," kata Jafar.
Terpisah, Bupati Kabupaten Pinrang Andi Aslam Patonangi berjanji akan membantu keluarga kecil Hasnaeni. Andi Aslam telah memerintahkan salah seorang pejabatnya untuk melihat kondisi Hasnaeni.
"Kami sudah imbau agar meninjau keluarga Hasnaeni," kata Andi Aslam saat dikonfirmasi.
Namun, kata dia, pihaknya tidak akan serta-merta memberikan bantuan. Menurut dia, pemerintah harus obyektif dan mencari fakta dan data terlebih dahulu.
"Kami tidak mau serta-merta, harus ada data obyektif terkait itu," kata Aslam.