Berkah Tujuh Tahun Mendidik di Balik Bilik Bambu

Di sekolah berdinding bilik yang berlubang di sana-sini itu, terdapat 35 anak bersekolah.

oleh Fauzan diperbarui 01 Mar 2017, 14:31 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2017, 14:31 WIB
Berkah Tujuh Tahun Mendidik di Balik Bilik Bambu
Di sekolah berdinding bilik yang berlubang di sana sini itu, terdapat 35 anak bersekolah. (Liputan6.com/Fauzan)

Liputan6.com, Bone - Kondisi bangunan Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi di Dusun Pangi-Pango, Desa Ponre-Ponre, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, jauh dari kata layak. Bangunan sekolah berdinding bilik bambu itu sudah banyak berlubang. Begitu pula dengan atapnya.

Akibatnya, air selalu menetes masuk ke dalam kelas saat hujan turun. Selain itu, bangku dan meja yang digunakan untuk belajar para siswa telah lapuk.

Madrasah yang dibangun tujuh tahun lalu itu didirikan di atas sebidang tanah milik Amiluddin, Ketua Yayasan Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi. Sebagian tanah lainnya merupakan sumbangan dari masyarakat.

"Tujuh tahun lalu itu madrasah ini bisa terbangun dengan cara kami membeli tanah 4 meter persegi. Kami juga diberikan (lahan) oleh masyarakat," kata Amiluddin, beberapa waktu lalu.

Pada awal berdirinya sekolah setingkat sekolah dasar, para guru mengajar para siswa dengan arang sebagai pengganti kapur dan dituliskan di atas papan tulis yang dicat putih.

"Selama setahun itu kami pakai arang sebagai pengganti kapur, guru-guru menulis di atas papan tulis putih," tuturnya.

Keadaan sekolah itu sedikit membaik setelah mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada tahun kedua berdirinya sekolah itu.

"Tahun kedua sudah ada dana BOS Rp 6 juta per tahun. Jadi, sejak tahun kedua pula kami sudah bisa menggunakan kapur dan papan tulis hitam layaknya sekolah pada umumnya," ucap Amiluddin.

Sejak awal pembangunan sekolah bilik itu, kata Amiluddin, di Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi hanya ada tiga guru dan seorang kepala sekolah. Saat ini jumlah siswa yang bersekolah berjumlah 35 orang yang terbagi dalam lima kelas.

Berkah Penantian 7 Tahun

Berkah Tujuh Tahun Mendidik di Balik Bilik Bambu
Di sekolah berdinding bilik yang berlubang di sana sini itu, terdapat 35 anak bersekolah. (Liputan6.com/Fauzan)

Setelah tujuh tahun siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi belajar di dalam bilik, akhirnya sekolah setingkat SD itu direnovasi sebuah BUMN melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Pembangunan kembali madrasah itu dimulai Senin, 27 Februari 2017. Pembangunan ditargetkan rampung sebelum Ujian Nasional tiba.

"Kami merencanakan sekolah ini sudah dapat dimanfaatkan sebelum ujian nasional tahun ini," kata Syariffuddin, Area Manager CSR SMEPP Sulawesi PT Pertamina saat meninjau langsung perubuhan gedung lama.

"Sekolah ini akan memiliki ruangan kelas yang yang representatif. Baik guru dan siswa tidak perlu lagi merasa was-was gedung roboh karena sudah dibuat permanen serta menjamin stabilitas kenyamanan saat proses belajar mengajar berlangsung," kata dia kemarin.

Terpisah, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi Saparuddin berharap setelah rampungnya renovasi sekolah, jumlah murid yang menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi dapat bertambah.

"Di dusun ini, jarak antara sekolah sangat jauh. Paling dekat berlokasi 7 kilometer. Itu pun harus ditempuh dengan berjalan kaki karena akses jalan belum dibenahi," tutur Saparuddin.

Jika Madrasah Ibtidaiyah Ulul Asmi telah memiliki gedung baru, Saparuddin memastikan akan bisa menekan jumlah anak putus sekolah di dusun itu. Kepsek berstatus honorer itu mencatat ada sekitar 40 anak yang tidak melanjutkan pendidikan dasar yang salah satu disebabkan akses sekolah jauh dari kampung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya