Liputan6.com, Jakarta Pergelaran budaya tradisional Banyumas memeriahkan acara Pembukaan Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-51 di halaman Gedung Paschalis, Gereja Katedral Kristus Raja, Purwokerto. Kurang lebih tiga kesenian tradisional khas Banyumas seperti Kentongan, Dolalak, Buncisan disajikan untuk menghibur ratusan masyarakat yang hadir dari berbagai wilayah di Kabupaten Banyumas seperti Purbalingga, Kroya, Cilacap, Kebumen, dan Purwokerto timur.
"Terima kasih atas ditampilkannya budaya lokal Banyumas. Ini artinya, saudara-saudara semua nguri-nguri atau melanggengkan budaya Banyumas. Yang seperti inilah yang membuat suasana menjadi sejuk, damai karena kita memberi perhatian pada budaya,"ujar Bupati Banyumas Achmad Husein saat membuka PKSN di Gedung Paschalis, Purwokerto, Jawa Tengah, Senin (22/5/2017).
Advertisement
Tekanan pada budaya lokal juga muncul pada saat misa pembukaan yang dipimpin Ketua Komsos KWI Mgr. Hilarion Datus Lega. Lagu-lagu berirama Jawa diiringi dengan alat musik gamelan, keroncong dan calung memeriahkan suasana ibadah. Bahkan tampil pula dua penari lengger yang bertindak sebagai pembuka jalan atau cucuk lampah iring-iringan prosesi uskup dan para pastor saat hendak memasuki gedung gereja. Penari ini pula yang juga menjadi pembuka langkah para pembawa persembahan yang disajikan di altar berupa buah-buahan dan hasil bumi seperti jagung, singkong, ketela, padi, labu.
Ketua Komisi Komsos (Komunikasi Sosial) Keuskupan Purwokerto RD Teguh Budiarto menyampaikan, budaya lokal memang sengaja dibangkitkan lagi untuk melawan budaya kekerasan, kebiasaan menebar kebencian dan kebohongan yang sedang marak dewasa ini di negara kita.
Sesuai dengan tema PKSN ke-51 kali ini, "Jangan Takut, Aku Bersertamu : Komunikasikan Harapan dan Iman", Gereja Katolik dalam hal ini Paus Fransiskus menyampaikan kepada semua warga dunia utamanya awak media agar selalu mewartakan kabar kebaikan dan menyampaikan harapan serta kegembiraan kepada siapa saja. "Lewat kesenian khususnya, semua orang bisa berinteraksi satu sama lain tanpa perlu memandang sekat agama, ras atau golongan. Kita semua disatukan dalam kegembiraan."ujar Teguh.
Â
Saling berebut untuk memberi
Bupati berharap agar pekan komsos menjadi inspirasi sehingga semua orang selalu menyampaikan kabar penuh pengharapan dan sukacita kepada orang lain. Kepada Orang Muda Katolik (OMK), Bupati ingin agar mereka mampu mewartakan persaudaraan Injili dengan sarana komunikasi yang up to date.
"Marilah kita berebut untuk memberi, mengasihi, menyayangi dan bukan sebaliknya. Dengan kita mengasihi, menolong bukan menguasai dan memengaruhi maka damailah kita. Dengan memberi kita menerima, dengan merebut kita akan kehilangan,"ujar Achmad Husein.
Husein menyebutkan, kebahagiaan yang kita berikan ke orang lain akan kembali ke kita menjadi kebahagiaan yang berlipat yang berasal dari Tuhan. "Kita sudah dalam langkah yang benar, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara yang didirikan bukan hanya oleh satu golongan. NKRI lahir dari para pahlawan dan tokoh yang tidak berpikir negara ini untuk siapa, melainkan untuk semua,"tegas Bupati.
NKRI, kata Bupati, lahir bukan karena Islam, bukan pula karena Budha, Kristen, Hindu atau Kebatinan. NKRI lahir karena semua agama, suku, bahasa. "Kalau ada yang ingin mengubah NKRI itu berarti mengubah kodrat dan takdir. Marilah kita perteguh pikiran dan pendirian terhadap NKRI dan Pancasila."tegasnya.