Kreasi Pengungsi Gunung Agung Menolak Mati Gaya

Puluhan ribu warga dari zona bahaya Gunung Agung, sudah sebelas hari berada di pengungsian yang tersebar di ratusan titik.

oleh Dewi Divianta diperbarui 05 Okt 2017, 12:31 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2017, 12:31 WIB
Pengungsi Gunung Agung
Sejumlah pengungsi potensi letusan Gunung Agung mengusir kejenuhan dengan berbagai aktivitas seperti membuat sarana persembahyangan dan kue khas Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Karangasem - Sejak ditetapkan status Awas pada Jumat 22 September 2017, hingga kini Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas tak menentu. Puluhan ribu warga terdampak sudah sebelas hari berada di pengungsian yang tersebar di ratusan titik.

Berbagai kegiatan pun ditempuh untuk mengusir kejenuhan di pengungsian. Salah satunya seperti yang dilakukan pengungsi di Banjar Kebon, Desa Telagatawang, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali.

Mereka menggelar berbagai aktivitas seperti membuat canang (sarana persembahyangan umat Hindu) dan jajan atau kue khas Bali.

Ni Komang Sucandri (39), pengungsi asal Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, mengaku memiliki kegiatan baru selama di pengungsian. Bersama anaknya, Ni Komang Gita (5,5), hampir saban hari mereka membuat canang.

"Ya, begini kegiatannya setiap hari membuat canang untuk mengusir kejenuhan," ucap dia saat ditemui Liputan6.com‎, Rabu, 4 Oktober 2017.

Sucandri bersama suaminya sudah sejak 22 September 2017 mengungsi. Dari hasil membuat canang, ‎ia mendapat pemasukan untuk sekadar uang jajan anaknya.

Sebelum bencana tiba, Sucandri mengurus babi ternak miliknya. Kini, babi ternak Sucandri telah dijual.

"Sudah seminggu ini bikin canang. Modalnya untuk beli janur Rp 20 ribu. Kalau habis semua dapat untung Rp 10 ribu," ujarnya.

Hal senada dikatakan Nyoman Kerni (34). Selama di pengungsian, ia membuat kue sumping. Kue sumping dijual ‎seharga Rp 1.000 per satuan.

Lumayan juga penghasilan Seni setiap harinya. "Modalnya Rp 70 ribu. Kalau habis semua, dapat untung Rp 30 ribu," tuturnya.

Sucandri dan Kerni sama-sama berharap bencana Gunung Agung segera berakhir. Ia ingin beraktivitas seperti biasa di rumahnya. "Ya, di sini kan numpang. Enggak enak jadinya," kata Reni diamini Sucandri.

Di Desa Telagatawang terdapat lima titik pengungsian warga zona bahaya Gunung Agung. Masing-masing di Banjar Kebon sebanyak 263 jiwa, Banjar ‎Lantangatik 394 jiwa, Banjar ‎Telagatawang 212 jiwa, Banjar Kebung 62 jiwa, dan Banjar ‎Kebung kauh 39. Total seluruh pengungsi di desa ini sebanyak 970 orang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya