Liputan6.com, Brebes - Namanya Saryo (48). Masih bertugas aktif sebagai prajurit TNI AD yang berpangkat Sersan Mayor (Serma). Di luar itu, Serma Saryo ternyata menggeluti bisnis telur asin yang beromzet jutaan rupiah setiap bulan.
Bersama sang istri Sri Hartati (44), Serma Saryo menggeluti bisnis telur asin khas Brebes sekitar sepuluh tahun belakangan di Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, Brebes.
Hasil industri rumahan buatan Serma Saryo banyak diminati warga, terutama jelang Lebaran. Jika musim itu tiba, ia bahkan kewalahan memenuhi permintaan yang bisa melonjak hingga 50 ribu telur asin untuk dijual sekitar dua minggu sebelum Lebaran.
Advertisement
Namun, mimpinya sejak kecil adalah sebagai prajurit. Serma Saryo memulai karir sebagai anggota TNI AD sebagai prajurit tamtama sekitar 1980an. Ia Ia pernah bertugas di daerah perbatasan dan konflik seperti di Timor-Timur, Aceh dan Papua Nugini kini membawanya pada kesuksesan yang nyata.
Baca Juga
"Memang cita-cita saya sejak kecil menjadi seorang prajurut TNI AD. Beruntung sekali apa yang menjadi impian saya yang hanya anak desa asli Brebes saat itu bisa menjadi abdi negara," ucap Serma Saryo kepada Liputan6.com, di kediamanya, Kamis (5/10/2017).
Saat ini, Serma Saryo bertugas di Koramil 03/Wanasari Brebes. Bisnis telur asin yang digeluti adalah caranya untuk menambah uang dapur rumah tangga sekaligus menjalani hobi.
"Tugas utama saya ya prajurit TNI yang siap menjaga keutuhan NKRI," ucapnya.
Berasal dari keluarga yang memiliki usaha ternak bebek pangon kecil-kecilan, Serma Saryo sejak kecil hingga remaja sudah terbiasa mengangon ternak bebek milik orangtuanya.
"Dulu orangtua cuman jual telur mentahnya saja selama puluhan tahun. Akhirnya, setelah tahu keuntungan yang didapatkan lumayan kalau telur itu diasinkan dulu, baru dijual," tuturnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bekal Masa Depan
Serma Saryo mengaku gajinya sebagai prajurit TNI AD sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, tingkat kebutuhan yang bertambah membuatnya harus mencari sampingan.
Kebutuhan yang terus meningkat seperti, biaya sekolah anak dan menyiapkan modal sebagai tabungan saat masa pensiun nanti itu lah yang membuat Serma Saryo menggeluti usaha perajin telur asin tersebut.
"Hasil dari telur asin ini kan juga untuk menyekolahkan anak dan menambah untuk hidup sehari-hari dan membantu keluarga yang membutuhkan. Anak saya juga kan sekarang sudah SMA dan bentar lagi lulus," katanya.
Di saat normal, tingkat penjualan telur asin yang dinamai "Tati" mampu terjual sebanyak 5 hingga 7 ribu telur per bulan. Jika pesanan sedang membludak, Serma Saryo barulah mempekerjakan tetangga desanya untuk membantu membuat telur asin.
"Seminggu saja saya bikin telur asin antara 1.500-2.000 butir. Tapi kalau ada pesanan yang tinggal menambahkan saja," kata dia.
Harga telur asin buatan Serma Saryo dibanderol cukup murah. Untuk telur asin original hanya Rp 3.000 per butir, sementara telur asin asap atau bakar Rp 3.500 per butir.
"Kalau beli sendiri datang ke rumah lebih murah lagi, rasa original hanya Rp 2.800 per butir," kata Saryo sembari mengaduk olahan telur asin di kediamannya.
Â
Advertisement
Tanpa Abu Gosok
Ia mengaku rasa telur asin buatannya berbeda dengan perajin lainnya. Menurut Serma Saryo, telur asin buatannya tidak menggunakan bahan baku abu gosok. Selain itu, telur bebek yang digunakan juga berasal dari bebek pangon.
Bebek pangon merupakan bebek umbaran yang dilepas di alam bebas di alam bebas. Makanannya berupa cacing dan apa yang ada di sekitar lingkungannya.
Telur yang dihasilkan dari bebek pangon dikenal lebih bagus sebagai bahan untuk telur asin. Maka itu, cita rasa telur asin buatan Serma Saryo memiliki rasa yang lebih gurih dan enak.
"Bahan lainnya seperti garam krosok dan serbuk batu bata halus. Jadi perbandinganya 2:1, satu ember kecil garam krosok berbanding dengan dua ember sebuk batu bata halus yang kemudian dicampur sebagai adonan," kata dia.
Proses pengolahan telur asin buatan Serma Saryo juga berbeda di tahap pengeramanya. Selama masa pengeraman telur, ia tak menempatkan di ruang kedap udara pada umumnya, melainkan hanya menempatkan telur asin yang sudah dibalut adonan di sebuah kotak kayu ber jerami di ruang terbuka.
Tujuanya agar semasa proses pengeraman, telur lebih kering dan bumbu adonan benar-benar meresap ke dalam telur. Sehingga, tak ada rongga telur di dalamnya yang tentu saja berpengaruh pada cita rasa.
"Proses pengeramannya butuh waktu sekitar dua sampai tiga minggu. Dengan proses yang seperti ini, telur asin buatan saya bisa bertahan cukup lama dan rasanya tentu saja enak," jelasnya.
Jika Serma Saryo bertanggung jawab memproduksi telur asing, sang istri lebih banyak menangani pemasaran. Istrinya pula yang memasok telur asin buatannya ke sejumlah pasar di wilayah Kabupaten Brebes. Banyak pula pelanggan tetapnya yang langsung datang ke keduamanya untuk membeli telur asin.
"Banyak dari pelanggan saya yang sukanya datang sendiri ke sini kalau mau beli telur asin. Pak Dandim dan beberapa teman sesama TNI juga kalau beli telur asin untuk oleh-oleh datang ke sini," kata dia memungkasi.