Liputan6.com, Jakarta - Usai gempa 6,9 SR yang berpusat di Tasikmalaya pada Jumat malam, 15 Desember 2017, permukaan air laut di Pantai Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, terpantau surut. Namun, pemantauan terakhir Basarnas Jawa Barat, permukaan air itu kembali normal sekitar pukul 02.00 WIB.
"Setelah gempa terjadi, sempat ada pendangkalan. Misalnya, biasa ketinggiannya 1 meter, menjadi 60 cm. Tapi, sekitar jam 2 kurang, ketinggian permukaan laut kembali normal," kata juru bicara Basarnas Jawa Barat, Joshua Banjarnahor, kepada Liputan6.com, Sabtu (16/12/2017).
Meski demikian, ia menegaskan peringatan dini tsunami masih belum dicabut. Penetapan status itu juga menjadi ranah BMKG. Untuk itu, ia masih mengimbau agar para warga yang tinggal di sekitar bibir pantai segera menjauhi wilayah pantai.
Advertisement
"Kepanikan warga (yang mengungsi) pasti ada. Keributan ada, tapi kita sekarang fokus pada korban yang meninggal dunia akibat gempa. Jumlahnya nanti akan kami segera rilis," katanya.
Baca Juga
Joshua juga mengungkapkan gempa susulan kembali terjadi setelah gempa Tasikmalaya berkekuatan 6,9 SR pada Jumat malam. Intensitasnya berkisar 2,9 SR hingga 3,3 SR dengan skala gempa yang semakin mengecil.
"Dua tiga jam ke depan kami akan beri rilis kembali mengenai peringatan tsunami, tapi sementara peringatan itu masih belum dicabut," kata Joshua.
Sementara itu, dilansir Antara, Kepala Desa Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Iwan Herdiawan, menuturkan pascagempa 6,9 Skala Richter pada Jumat malam, warga telah mengungsi ke daratan tinggi, salah satunya ke kawasan Purbahayu.
"Masyarakat kami imbau agar tetap waspada dan mereka sudah mengungsi ke daerah Purbahayu. Itu daerah arah ke gunung," kata Iwan Herdiawan, Sabtu dini hari.
Iwan menuturkan, guncangan gempa kali ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan gempa pada 2006 di Kabupaten Pangandaran yang disusul dengan tsunami. "Waktu itu kekuatan gempanya tidak sebesar yang sekarang. Waktu terjadi tsunami Pangandaran, gempanya tidak yang sebesar seperti saat ini," kata dia.
Menurut dia, hingga saat ini pihaknya terus mencoba menenangkan warga sekaligus mengimbau agar selalu tetap waspada. "Secara teori, kalau terjadi tsunami itu intervalnya gempa dulu baru setelah 10 menit kemudian terjadi tsunami, tapi interval ini sudah terlewati, tapi tetap kami imbau untuk waspada," kata dia.
Â
Â
Warga Cipatujah Mengungsi
Warga yang tinggal di pesisir pantai Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, juga mengungsi ke dataran tinggi untuk menghindari ancaman bahaya tsunami yang diperkirakan melanda laut selatan Tasikmalaya pada Jumat tengah malam.
Kepala Desa Padawaras, Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya, Yayan Siswandi, mengatakan warga yang berada di kawasan pantai sudah mengungsi ke dataran yang lebih tinggi.
"Warga di sepanjang pantai sudah diarahkan ke dataran yang lebih tinggi," katanya.
Ia menyampaikan, setelah terjadinya gempa bumi berkekuatan 7,3 Skala Richter di barat daya Tasikmalaya, kondisi sepanjang pantai Tasikmalaya gelap karena mati lampu.
Petugas yang terjun ke pesisir pantai, kata Yayan, sudah mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati pantai. "Semua diimbau menjauh dari pantai," kata Yayan.
Ia mengatakan, sementara warga berada di titik kumpul seperti Kantor Kecamatan Cipatujah, kantor desa dan bangunan terbuka seperti sekolah yang lokasinya berada di dataran tinggi.
Laporan sementara, kata dia, tidak ada laporan korban jiwa, hanya laporan kerusakan yang belum dapat diketahui secara rinci. "Kerusakan belum bisa dilaporkan secara detail," kata Yayan.
Gempa cukup kuat dirasakan di sejumlah wilayah seperti Jabar, Jateng, DIY, dan Jakarta pada Jumat malam. Informasi BMKG, gempa berkekuatan 6,9 Skala Richter terjadi pukul 23.47 WIB yang berpusat di 43 km barat daya Kabupaten Tasikmalaya, Jabar.
Advertisement