Mentawai - Sekitar 104 warga dari enam suku di Desa Pasakiat, Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya mengalami keracunan seusai mengonsumsi penyu dalam suatu acara adat, Minggu, 18 Februari 2018.
Akibat keracunan daging penyu ini, tiga orang meninggal dunia dan 16 orang lainnya dirawat intensif. Dua orang dirawat di puskesmas, sedangkan 14 orang dirawat di Balai Desa. Sementara itu, tiga orang meninggal dunia, yaitu dua balita dan satu orang lansia.
Senin, 26 Februari 2018, 16 warga yang mendapatkan perawatan intensif tersebut sudah kembali ke rumah masing-masing.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar mengatakan kondisi pasien sudah membaik sehingga diperbolehkan menjalani rawat jalan.
"Mereka sudah bisa rawat jalan, tinggal pemulihan. Petugas kita nanti masih melakukan pemantauan ke rumah mereka," ujar Lahmuddin kepada Padangkita.com, Senin, 26 Februari 2018.
Lahmuddin mengharapkan kasus keracunan akibat mengonsumsi penyu tidak terulang kembali. Ia juga mengharapkan masyarakat memahami bahaya mengonsumsi penyu. Menurutnya, tidak ada jaminan daging penyu aman untuk dikonsumsi.
"Semoga kejadian ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tidak lagi mengonsumsi penyu. Selain merupakan hewan yang dilindungi, penyu juga tidak aman untuk dimakan. Ke depannya, Dinkes juga akan melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai kejadian ini dan bahaya konsumsi penyu," ujarnya.
Â
Baca berita menarik lainnya dari Padangkita.com di sini.
Â
Â
Daging Penyu Berbahaya
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar mengimbau masyarakat untuk menghentikan konsumsi penyu. Imbauan ini menyusul adanya kasus keracunan yang dialami 104 warga dari enam suku di Desa Pasakiat, Taileleu, Kec. Siberut Barat Daya, Minggu (18/02/2018).
Menurut Kepala Dinkes, daging penyu tidak aman untuk dikonsumsi karena mengandung arsenik. Arsenik merupakan salah racun yang berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia. Kandungan arsenik di dalam daging penyu berasal dari makanan yang dikonsumsinya, salah satunya alga.
"Kita ketahui bahwa alga jenis tumbuhan air yang banyak menyerap logam berat. Penyu bisa memakan alga atau ubur-ubur. Makin tua umur penyu makin tinggi kandungan racun di dalam tubuhnya," ujar Lahmuddin saat dikonfirmasi Padangkita.com.
Tidak hanya itu, menurut Lahmuddin, penyu juga merupakan biota laut paling banyak terkontaminasi logam berat dari laut yang terakumulasi. Hal itu tidak terlepas dari karakteristik penyu yang merupakan hewan penjelajah yang bisa menempuh jarak 10.000 kilometer dan bisa hidup puluhan tahun.
Lahmuddin menambahkan, pada 2013 juga ada kasus warga yang meninggal karena keracunan penyu di Bonsua. Berdasarkan hasil penyelidikan, ternyata penyu yang menyebabkan kematian di sana mengandung arsenik. Oleh sebab itu, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi penyu.
"Ayo, masyarakat jangan lagi mengonsumsi penyu karena pada daging penyu terdapat logam berat Kadmium tiga kali lipat dibanding daging ikan dan kandungan merkuri 10 kali lipat lebih tinggi," kata dia.
"Penyu juga mengandung arsenik atau campuran berbagai pestisida. Pada daging ini juga ditemukan mikroba penyebab Tuberkulosis dan Salmonella. Konsumsilah makanan yang sehat dan aman," dia menandaskan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement