Kisah Menteri Airlangga, Cincin Kawin, dan Kerajinan Perak Kotagede

Menperin tidak sekadar berkunjung ke kerajinan perak Kotagede, tapi ia juga membuktikan sesuatu.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Mar 2018, 08:01 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2018, 08:01 WIB
Menperin Airlangga Hartarto
Menperin Airlangga Hartarto menyambangi sentra kerajinan perak Kotagede

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menginjakkan kaki di sentra kerajinan perak Kotagede, Yogyakarta, Kamis, 29 Maret 2018. Ia datang ditemani Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, untuk melihat pusat kerajinan perak tertua di Yogyakarta.

Sebuah toko perak bernama HS Silver menjadi tujuannya. Airlangga melihat pembuatan perhiasan berbahan baku perak yang tersohor sampai ke mancanegara itu.

Ia berkomentar ketika melihat perajin perak menyusun benang filigri ke dalam perhiasan.

"Seperti ini yang tidak bisa dilakukan secara digital, kalau dibuat digital perempuan juga pasti tidak mau pakai," ucap Airlangga kepada orang-orang di sekitarnya.

Keingintahuan Airlangga tidak berhenti sampai di sini. Saat melihat tahap akhir pencucian perhiasan perak, ia pun penasaran. Pada bagian itu, perajin mencuci perhiasan perak yang sudah jadi menggunakan lerak. Lerak adalah buah yang biasa digunakan untuk mencuci batik.

Perhiasan yang dicuci dan menggunakan lerak akan lebih berkilap. Airlangga mencopot cincin kawinnya dan ingin membersihkan perhiasan itu dengan lerak. Ia kesulitan membersihkan sendiri, seorang perajin pun membantunya.

"Hati-hati ya, nanti diseneni bojo (dimarahi istri) kalau rusak," tuturnya disambut tawa orang banyak.

Airlangga membuktikan, cincin kawinnya pun kembali berkilap. Dia juga berkelakar lega karena cincin kawinnya tetap utuh dan ukiran nama di baliknya juga tidak hilang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Nilai Tambah Industri Kerajinan Tangan

Menperin Airlangga Hartarto
Menperin Airlangga Hartarto menyambangi sentra kerajinan perak Kotagede

Airlangga mengungkapkan, sentra kerajinan perak Kotagede bisa menjadi salah satu contoh industri kerajinan tangan yang ada di Indonesia.

"Keunggulannya punya banyak perajin dan industri ini punya nilai tambah, yakni dari bahan baku ke bahan jadi di atas 50 persen," ujarnya.

Ia menilai industri semacam ini perlu didorong, walaupun muncul teknologi digital. Keberadaan kerajinan tangan meningkatkan daya saing.

Airlangga juga sepakat, industri kerajinan tangan sudah seharusnya berbentuk cluster, seperti yang diterapkan di Kotagede. Satu kampung menghasilkan produk yang sama, sehingga kompetensi perajin meningkat dan memudahkan pemasaran.

"Kalau orang datang ke Kotagede pasti beli perak, bukan beli gudeg," kata Airlangga.

Ia juga mendorong daerah lain di Indonesia memiliki sentra kerajinan produk kerajinan tangan untuk menjadi kekuatan dan daya tarik. Tujuannya, one village one product bisa terwujud secara merata.

Keris Perak yang Rumit

Menperin Airlangga Hartarto
Menperin Airlangga Hartarto menyambangi sentra kerajinan perak Kotagede

Airlangga menerima cendera mata berupa keris perak filigri sepanjang 25 sentimeter dari HS Silver. Keris yang diberikan berbentuk keris Mataraman dengan ornamen motif kawung.

"Selain simbol keperkasaan, kami sengaja memberi keris perak filigri karena motifnya yang rumit dan detail. Tujuannya supaya menteri bisa mengetahui secara rinci produk yang kami hasilkan," tutur Artin Wuryani, Direktur of Business and Development HS Silver.

Ia menyebutkan, harga cendera mata seperti yang diberikan kepada Menteri Airlangga berkisar Rp 1,7 juta. Pembuatannya bisa memakan waktu satu bulan.

HS Silver memang menekankan pada pembuatan perhiasan perak filigri. Perak ini terbuat dari jalinan benang yang dipilin dan butuh ketelitian serta ketelatenan dalam pembuatannya.

Perak filigri asal Indonesia pun diklaim terbaik di pasar internasional. Selain perak filigri, ada juga solid yang biasanya berbentuk logam utuh.

 

Eropa dan Timur Tengah Jadi Pasar Utama

Menperin Airlangga Hartarto
Menperin Airlangga Hartarto menyambangi sentra kerajinan perak Kotagede

HS Silver berdiri sejak 1953 dan sebagian besar produknya dibuat untuk keperluan ekspor. Artin mencatat pada triwulan pertama 2018, sebanyak 80 persen produk diekspor.

Kapasitas produksi mencapai 120 kilogram perak per bulan. Pasar utama perak HS Silver adalah Eropa dan Timur Tengah.

"Sudah lumayan menggeliat lagi, pesanan meningkat 30 persen ketimbang tahun sebelumnya," ucap Artin.

Sebuah perhiasan perak dipatok mulai Rp 150.000 sampai tak teringat, tergantung dari bentuk pesanan konsumen.

Pembuatan perhiasan perak juga melalui beberapa tahap, mulai dari membuat pola, mencetak pola di atas kertas tipis, membuat kerangka, memasukkan filigri, membakar perhiasan perak, memberi serbuk perak dan boraks, merebut dengan tawas, dan terakhir pencucian menggunakan lerak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya