79 Warga Rohingya Berbondong-bondong Berlayar ke Aceh

Otoritas setempat menyebut warga Rohingya itu hendak ke Malaysia sebelum terdampar di Aceh, tapi pengungsi Rohingya mengatakan hal berbeda.

oleh Windy Phagta diperbarui 21 Apr 2018, 13:02 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2018, 13:02 WIB
79 Warga Rohingya Berbondong-bondong Berlayar ke Aceh
Otoritas setempat menyebut warga Rohingya itu hendak ke Malaysia sebelum terdampar di Aceh, tapi pengungsi Rohingya mengatakan hal berbeda. (Liputan6.com/Windy Phagta)

Liputan6.com, Banda Aceh - Setelah pendaratan lima warga Rohingya sekitar dua minggu lalu, kini 79 orang Rohingnya terdampar di Pantai Kuala Raja, Kabupaten Bireuen, Aceh, pada Jumat, 20 April 2018. Mereka telah berada di laut selama delapan hari dengan tujuan Aceh.

Muhammad Rifai (42), warga Rohingya yang bisa berbahasa Indonesia, mengatakan tujuan mereka memang Aceh. Mereka memutuskan keluar Myanmar karena terjebak perang antara rezim militer dan etnis Rohingya.

"Kita pergi karena perang lagi pecah, sehingga banyak saudara yang lain pergi ke negara-negara lain," ujar Muhammad Rifai.

Selama berlayar, Rifai mengaku mereka hanya makan ikan. Ke-79 imigran itu terdiri dari 44 laki-laki, 27 perempuan, tujuh anak laki-laki, dan satu anak perempuan. Untuk sementara waktu, imigran tersebut akan ditempatkan di sanggar kegiatan belajar (SKB).

Kepala Sub Lalu Lintas Keimigrasian, Bayu Prawira Sukarno mengatakan imigran Rohingya tersebut berangkat dari Myanmar dengan menggunakan satu kapal dan hendak menuju Malaysia. Karena mesin kapal kehabisan bahan bakar, mereka terombang-ambing di lautan.

"Informasi yang kita dapat dari nelayan, mereka sudah delapan hari dalam laut. Karena kehabisan makanan dan bahan bakar kapal, ditolong oleh nelayan Aceh," kata Bayu.

 

 

Dehidrasi

79 Warga Rohingya Berbondong-bondong Berlayar ke Aceh
Otoritas setempat menyebut warga Rohingya itu hendak ke Malaysia sebelum terdampar di Aceh, tapi pengungsi Rohingya mengatakan hal berbeda. (Liputan6.com/Windy Phagta)

Dilansir Antara, puluhan warga Rohingya yang mendarat di lepas pantai Sumatera diperkirakan kelompok hak asasi menjadi gelombang penyeberangan laut berbahaya oleh anggota suku kecil teraniaya di Myanmar.

Kelompok itu, yang termasuk delapan anak-anak dan 25 wanita, menderita berbagai tingkat kelelahan dan kekurangan cairan tubuh. "Mereka merapat di pelabuhan kami secara sukarela dan kami sudah memberitahu imigrasi dan polisi," kata Muzakkar A Gani, Wakil Bupati Bireuen, kemarin.

Kelompok hak asasi pada pekan lalu menyatakan bahwa perahu berisi 70 warga Rohingya meninggalkan Myanmar menuju Malaysia, tapi belum jelas apakah itu kapal sama dengan yang mendarat pada Jumat tersebut.

Pada bulan ini, nelayan Indonesia menyelamatkan sedikit-dikitnya lima warga Rohingya di lepas pantai Sumatera dan media melaporkan bahwa lima orang meninggal laut.

Puluhan ribu warga Rohingya lari dari Myanmar melalui laut akibat kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar barat, pada 2012. Pengungsian besar itu mencapai puncak pada 2015, ketika sekitar 25.000 orang lari melintasi laut Andaman menuju Thailand, Indonesia dan Malaysia, banyak yang tenggelam akibat kapal tidak aman dan kelebihan muatan.

Pada tahun lalu, menurut kelompok hak asasi dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 700.000 warga Rohingya lari dari rumah mereka di Myanmar ke Bangladesh setelah serangan pejuang Rohingya pada Agustus memicu tindakan keras tentara dalam yang disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara Barat pembersihan suku.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya