Bubur Muhdhor, dari Menu Takjil Kaum Duafa Menjadi Primadona Warga Tuban

Bubur Muhdhor ini sudah ada sejak zaman Belanda yang dibuat orang-orang Arab sekitar Tuban. Namun, kini bubur tersebut dijadikan salah satu menu takjil.

diperbarui 21 Mei 2018, 17:03 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 17:03 WIB
Bubur Muhdhor Kampung Arab, Takjil Kaum Dhuafa yang Menjadi Buruan Warga
Antrian pembagian bubur Muhdhor di kampung Arab Tuban, Minggu (20/05/2018) (Times Indonesia/Safuwan)

Gresik - Jika singgah ke Tuban, Jawa Timur, tak ada salahnya mencoba Bubur Muhdhor untuk menu berbuka puasa alias takjil. Bubur ini awalnya hanya sajian untuk berbuka puasa yang sengaja dibagikan kepada warga miskin, janda, dan menu takmir masjid jika sisa. Kini, bubur berwarna kuning beraroma khas menggugah nafsu berbuka puasa itu ramai diburu warga Tuban dan bahkan warga luar daerah.

Pantauan TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id) pembagian bubur muhdhor berlangsung di Masjid Muhdhor Kampung Arab di Dusun Watulumur, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan/Kabupaten Tuban, Jawa Timur mulai pukul 16.45 WIB hingga menjelang azan magrib.

Tampak terlihat antrean panjang anak-anak, remaja, orang tua laki-laki, dan perempuan saling desak-desakan demi untuk mendapatkan takjil bubur yang dimasak dengan bumbu dan rempah-rempah itu.

Selain warga sekitar Kampung Arab, bubur Muhdhor juga banyak diburu warga luar daerah. Hajah Isyatun (60) asal Sidoarjo ini misalnya, demi mendapatkan bubur muhdhor yang dibuat sejak tahun 1937 silam itu, ia rela berangkat dari Sidoarjo bersama anak-anaknya.

"Baru pertama kali ikut antri bubur Muhdhor. Dari Sidoarjo sengaja ke Tuban untuk antri bubur Muhdhor ini. Berangkat sama keluarga tadi," kata Isyatun, Minggu (20/05/2018).

Bubur ini dimasak oleh takmir masjid Muhdhor. Mereka saling bergantian mengaduk bubur yang sudah ada sejak era Belanda itu. Untuk memasak bubur ini, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam, dari pukul 12.00 dan selesai pukul 14.30.

"Bubur ini dimasak gulai. Sekali masak terdapat 30 kilogram beras, dicampur daging kambing, santan, bumbu-bumbuan, dan rempah-rempah," kata Ketua Takmir Masjid Muhdor, Agil Bunumay (60).

Agil menjelaskan, di zaman penjajahan Belanda, kondisi ekonomi di sekitar Tuban sulit. Awalnya, pembuatan bubur ini dilakukan oleh orang-orang Arab sekitar saja.

Karena sudah membaur dengan orang suku Jawa yang bermukim di kampung, bubur dibagikan dengan mengutamakan kaum duafa dan janda, sedangkan sisanya diberikan kepada jemaah masjid Muhdhor yang kini sudah berumur sekitar 150 tahun.

"Kalau masjidnya sudah tua sekali, di era Habib Abdul Qodir Bin Alwi Assegaf," jelas bapak tiga anak dan dua cucu ini.

Bagi warga yang menginginkan resep Bubur Muhdhor untuk takjil, takmir masjid siap memberikan.

 

Baca juga berita menarik lainnya di Timesindonesia.co.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya