Liputan6.com, Palembang - Suasana sepi sangat terasa waktu memasuki komplek Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Budi Perkasa Palembang, yang terletak di Kecamatan Sukarame Palembang. Tidak seperti di perkampungan warga lainnya, yang sibuk dengan aktifitas pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumsel.
Tempat penyandang disabilitas ini terlihat lengang, hanya beberapa orang saja yang menikmati kesunyian di lorong koridor gedungnya. Hiruk pikuk Pilkada Serentak di Palembang pun terdengar di telinga mereka dari kejauhan. Namun sayang, mereka tidak bisa ikut andil dalam pesta rakyat ini.
Nasrul (32), penyandang disabilitas yang tinggal di PSBD Budi Perkasa Palembang ini baru pertama kali absen dalam pencoblosan pilkada.
Advertisement
Baca Juga
Rasa sesal terasa karena tidak bisa menggunakan hak suaranya. Namun apa daya, jarak dari Palembang ke kampung halamannya Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumsel, membuat pria ini hanya pasrah.
Dari empat orang paslon Pilkada Sumsel, pria yang menggunakan kursi roda ini hanya mengetahui tiga orang paslon saja.
"Yang saya tahu itu ada anak Alex Noerdin (Gubernur Sumsel), Herman Deru dari Kabupaten OKU dan Ishak Mekki. Satu lagi tidak tahu siapa," ujarnya dengan ramah saat diwawancarai Liputan6.com, Rabu (27/6/2018).
Informasi tentang siapa Cagub Sumsel pun hanya diketahui dari koran dan televisi. Informasi semakin terbatas, setelah Nasrul memilih untuk menimba ilmu di pusat disabilitas gratis ini.
Suasana pilkada ini pun mengingatkannya akan masa dia turut serta dalam pencoblosan. Meskipun fisiknya tidak sempurna, Nasrul yang pernah menjadi nelayan ini tetap semangat untuk mencoblos, walaupun harus merangkak menggunakan tangannya.
Â
Harapan Penyandang Disabilitas
"Saya merangkak pakai tangan saat mau mencoblos. Karena bilik TPS-nya tinggi, saya naik ke kursi. Tidak mau dibantu, karena saya tidak ingin dianggap cacat dan menyusahkan orang," katanya dengan santai.
Keterbatasan fisik ternyata tidak membuat Nasrul dianggap sebelah mata oleh lingkungannya di Baturaja, Kabupaten OKU Sumsel. Dia pernah menjadi saksi di TPS tempat dia tinggal, dan itu membuatnya semakin percaya diri.
"Saya ingat waktu dulu, sekarang ada rasa sesal tidak bisa berpartisipasi. Tapi tidak mengapa yang penting nanti Gubernur Sumsel terpilih bisa melihat apa kebutuhan para disabilitas. Jangan hanya memprioritaskan orang normal saja," ungkapnya.
Alfendi (17), binaan PDSB Bina Perkasa Palembang ini juga tidak menggunakan hak pilihnya saat Pilkada Sumsel. Karena baru memasuki usia 17 tahun dan belum mempunyai Electronic-Kartu Tanda Pengenal (E-KTP), warga asal Kabupaten Banyuasin Sumsel ini tidak bisa merasakan bagaimana suasana pencoblosan di TPS.
Â
Advertisement
Transportasi Bagi Difabel
"Ingin juga ikut mencoblos seperti yang lain, tapi belum ada E-KTP, agak susah juga mengurusnya. Cuma bingung juga kalau ikut mencoblos, saya tidak ada kenal satu orang pun calon Gubernur Sumsel yang maju," ucapnya.
Siswa SMA Karya Ibu Palembang ini hanya mengharapkan adanya perhatian lebih dari pemerintah, terutama dari Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel yang akan menjabat lima tahun kedepan.
Tidak ada ketimpangan dalam penyediaan fasilitas umum menjadi impian remaja yang bercita-cita jadi atlit lari ini. Hal sederhana yang diucapkannya yaitu adanya transportasi khusus bagi penyandang disabilitas yang disediakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel.
"Kami tidak minta banyak, apalagi untuk penyandang difabel. Seperti teman saya yang pakai kursi roda, sulit untuk dia mau kemana-mana karena tidak ada transportasi yang memudahkannya. Itu saja yang saya minta untuk pemimpin baru di Sumsel," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini: