Liputan6.com, Pekanbaru - Rumah Detensi Imigrasi Kota Pekanbaru, Riau, kini menangani kasus perkelahian antarsesama pengungsi yang mengakibatkan satu orang luka berat akibat ditusuk dan pelakunya mencoba bunuh diri.
"Mereka ini sesama pengungsi Afganistan, lucunya dulu mereka berteman. Karena saling ejek, yang satu kemudian menusuk kawannya sendiri," kata Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru Junior M. Sigalingging di Pekanbaru, Selasa, 31 Juli 2018, dilansir Antara.
Ia menjelaskan, kasus ini terjadi di rumah komunitas untuk pengungsi dan pencari suaka di Hotel Satria, Pekanbaru, pada 26 Juli 2018 lalu. Sekitar pukul 17.30 WIB, dua pengungsi Afganistan bernama Abul Fazl Jaffari dan Sayed Nader berkelahi yang awalnya dari saling ejek.
Advertisement
Baca Juga
Abul Fazl yang berusia 20 tahun naik pitam karena Sayed Nader yang 10 tahun lebih tua darinya, mengolok-olok ibunya. Tidak dijelaskan dari mana Abul Fazl mendapat benda tajam, yang digunakannya untuk menusuk Sayed di bawah telinga kirinya.
"Lukanya cukup parah, kita langsung larikan korban ke RS Awal Bros," ujarnya.
Junior mengatakan, pihaknya kemudian mengamankan Abul Fazl dan menjebloskan ke sel di Rudenim Pekanbaru dengan tujuan untuk pembinaan. Namun, sehari setelah kejadian, penusuk sesama pengungsi itu ditemukan nyaris tak sadarkan diri karena mencoba bunuh diri di dalam sel.
"Mungkin dia stres, jadi dia coba bunuh diri dengan meminum sabun. Untung cepat ketahuan petugas," ungkapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nasib Penusuk
Ia mengatakan, Abul Fazl sempat dirawat di RS Syafira hingga kondisinya sudah membaik. Pelaku penusukan itu kini sudah masuk lagi ke sel Rudenim.
"Pengungsi yang melakukan pelanggaran berat seperti ini bisa terancam dicabut statusnya oleh UNHCR," ucap Junior.
Pekanbaru berada pada peringkat keempat kota yang terbanyak menampung imigran dan pencari suaka di Indonesia, setelah Medan, Makassar, dan Jakarta.
Data hingga 30 Juli 2018, tercatat ada 1.172 orang asing di Riau yang di bawah pengawasan Rudenim Pekanbaru. Mereka terdiri dari 1.128 pengungsi, 24 pencari suaka, tiga imigran, tujuh orang yang ditolak, dan 10 orang yang sudah penolakan final.
Para pengungsi dan pencari suaka ditampung di delapan rumah komunitas di Pekanbaru. Mereka mayoritas memilih Australia dan Selandia Baru sebagai negara tujuan.
"Yang membuat mereka stres adalah ketidakpastian mengenai status mereka apakah diterima di negara tujuan," kata Junior.
Advertisement