Menilik Makna Ritual Gerebek Suro dan Ruwat Air di Lumajang

Setelah sesepuh desa usai memimpin ritual ruwat air, warga pun langsung memperebutkan ratusan sesaji sembari melakukan tradisi perang air di kawasan wisata tersebut.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 15 Sep 2018, 16:01 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2018, 16:01 WIB
Adat dan Kesenian Warga Lereng Semeru
Adat dan Kesenian Warga Lereng Semeru (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Lumajang - Ribuan warga Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, antusias mengikuti acara Candipuro Culture Festival yang digelar selama dua hari, Rabu 12 September hingga Kamis 13 September 2018. Kegiatan yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten Lumajang ini menyajikan sejumlah pagelaran berbasis budaya dengan memanfaatkan kearifan lokal.

Di hari pertama di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, warga menggelar ritual Grebek Suro. Ritual digelar dan dipadukan dengan pagelaran drama kolosal yang menceritakan asal muasal desa di lereng Gunung Semeru.

Dalam Gerebek Suro, belasan gunungan hasil bumi hingga kepala sapi diarak menuju sumber mata air di kawasan wisata hutan bambu, yang menjadi salah satu sumber mata air terbesar di Lumajang.

"Grebek suro ini sebagai bentuk syukur atas limpahan air yang mengalir ke desa kami," tutur Syafi'i, Kepala Desa Sumber Mujur kepada Liputan6.com.

Kemudian di hari kedua, pagelaran bergeser ke Desa Tambakrejo, Kecamatan Candipuro. Warga menampilkan kesenian Ojung atau adu ketangkasan menangkis pukulan rotan dipunggungnya.

Kepala Desa Penanggal Cik Ono mengatakan, puncak acaranya, Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui dinas kebudayaan dan pariwisata menggelar ritual Ruwat Air di kawasan wisata Pemandian alam Tirtosari, Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro Lumajang.

"Dalam puncak acara inilah, seluruh warga Kecamatan Candipuro tumpah ruah untuk menyaksikan acara ruwat air. Tak hanya gunungan hasil bumi, ratusan sesaji pun ikut diarak disepanjang jalan Desa," tutur Cik Ono.

Setelah sesepuh desa memimpin ritual ruwat air, warga pun memperebutkan ratusan sesaji sembari melakukan tradisi perang air di kawasan wisata tersebut. Bagi kepala desa setempat, tradisi ruwat ini digelar untuk tetap melestarikan tradisi agar air di sekitar Gunung Semeru tetap melimpah dan berkah bagi mereka.

"Sebenarnya ruwat air ini bertujuan untuk melestarikan adat, dan berharap air dari Gunung Semeru tetap lestari dan mengalir ke seluruh wilayah di Lumajang," ucapnya.

Rangkaian kegiatan Candipuro Culture Festival ini rencananya akan rutin digelar setiap tahunnya. Selain melestarikan kebudayaan, kegiatan ini bertujuan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata di Lumajang.

"Mudah-mudahan efek dari kegiatan ini dapat menarik minat wisatawan mas, karena di Lumajang selain alamnya yang indahnya, sejumlah kebudayaan dan kesenian juga ada disini," imbuh Deni, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lumajang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya