Seperti Bakso Pak Ndut, Soto Gobyoss Juga Rp 2 Ribu Seporsi, Begini Rahasianya

Bakso Pak Ndut Kediri dijual Rp 2 ribu seporsi. Soto Gobyoss juga dijual dengan harga sama, bahkan sudah jauh lebih lama.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Okt 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 13:00 WIB
Soto Gobyoss Alun-Alun Wates
Soto Gobyoss Alun-Alun Wates. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Kulonprogo - Warung Bakso Pak Ndut terkenal di seantero Kediri, Jawa Timur karena harganya super murah. Cukup bayar Rp 2 ribu dapat bakso satu porsi isi lima pentol bakso. Nah, kuliner super murah lain juga ada di Yogyakarta, yakni Soto Gobyoss, bahkan sudah bertahan sejak lama.

Soto Gobyoss berlokasi di Alun-Alun Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Harga satu porsi soto Rp 2 ribu, sudah bertahan sejak 2008.

"Memang sudah saya konsep dan konsekuen dengan harga Rp 2 ribu. Walau dengan perubahan harga pasar yang tinggi, tapi saya tetap bisa eksis dengan harga Rp 2 ribu," ujar Unggul Adi pemilik warung Soto Gobyoss di awal 2018 lalu -kala itu dia menyatakan harga tetap Rp 2 ribu meski tahun berganti.

Seiring laju inflasi, harga bahan baku memang naik setiap tahun. Namun, ia berkukuh mempertahankan harga.

"Sesuai moto warung, Harga Murah Rasa Mewah."

Warung yang buka setiap hari mulai pukul 15.00 hingga 21.00 ini selalu diminati pelanggan maupun pembeli baru. Pemilik punya cara sendiri agar operasional warung terus dapat berjalan.

"Yang penting setiap hari bisa target 350 mangkok, target 350 mangkok durasi enam jam, Puji Tuhan bisa tercapai," katanya.

Kondisi cuaca seperti hujan akan mempengaruhi jumlah pembeli di warungnya. Menurut dia, ketika hujan maka omzet akan turun sehingga produksi soto akan menyesuaikan kondisi itu.

"Juga mempelajari kalender acara daerah, nasional, dan tanggal merah. Di saat itu bisa kejar target lebih, kalau bahasa saya prime time," ujarnya.

Walaupun harga Soto Gobyoss miliknya murah, tetapi ia masih bisa bertahan. Bagi Unggul, selama target penjualan berjalan lancar maka ia dapat menjalankan usaha tersebut dengan baik.

"Ya masalah profit kan berdasarkan volume atau kuantitas produk, yang jelas masih bisa berbagi dengan kru dan juga operasional lancar," kata dia.

Unggul menilai pendapatannya juga tertolong dari penjualan minuman dan mendoan. Dengan demikian, penjualan dari minuman dan mendoan ini bisa membantu biaya operasional sehari-hari.

"Dari minum saja bisa dapat 70 persen dari jumlah mangkok karena ada keluarga atau rombongan misal berempat minum dua gelas, atau enam orang, minum empat gelas," ceritanya.

Lalu penjualan mendoan biasanya rata-rata per mangkok berisi dua mendoan. Tidak jarang, pengunjung meminta tambahan mendoan karena rasa krispinya yang khas.

"Kebetulan gebrakan konsep saya mini soto dan karakteristik mendoan krispi bisa menjadi fenomenal di Kulon Progo," katanya.

Pola penjualan soto Gobyoss miliknya tidak lepas dari pengalamannya di dunia kuliner. Ia pernah kerja di hotel selama 14 tahun dan menjabat sebagai Food and Beverage Manager.

"Saya dulu di Amerika lima tahun, balik Solo kerja di hotel 14 tahun, tetapi tidak bisa menata hidup karena pengaruh prestige yang tinggi," ujarnya.

Ia bersyukur karena setelah usaha sendiri dengan berjualan soto, ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, ia juga memiliki beberapa aset dari hasil berjualan Soto Gobyoss ini.

Soto Gobyoss memiliki rasa yang dekat dengan lidah orang Yogyakarta dan Solo. Bahkan, menurutnya, sotonya merupakan perpaduan rasa soto dua daerah ini. "Resep saya konsep sendiri menyesuaikan lidah orang Yogyakarta dan Solo, saya kolaborasi taste-nya," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya