Running Teks Puskesmas Diretas, ke Mana Anggaran Pengamanan Miliaran?

Running teks yang seharusnya berisi informasi kesehatan diubah menjadi kampanye pasangan Prabowo-Sandi. Anggaran milyaran rupiah untuk pengamanan pembangunan smart city dipertanyakan.

oleh Felek WahyuEdhie Prayitno Ige diperbarui 06 Mar 2019, 17:30 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2019, 17:30 WIB
puskesmas
Puskesmas Srondol Semarang, menjadi sasaran peretas memberi peringatan mengenai tidak amannya sistem di Pemkot Semarang. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Liputan6.com, Semarang - Sistem di Puskesmas Srondol Semarang diretas. Warga Kota Semarang yang melintas di Srondol, kawasan atas Kota Semarang, Senin, 4 Maret 2019 mendapat informasi ajakan memilih pasangan nomor 2 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tak tanggung-tanggung, ajakan ini disampaikan melalui layanan publik Pemkot Semarang.

Ajakan itu muncul di layar tulisan  berjalan Puskesmas Srondol Semarang dan sempat direkam dan diposting di media sosial. Dalam video tampak sejumlah keluarga pasien memperhatikan tulisan bertuliskan "hacked by: Sir.Kz0L|-L4EFY-| Ha Ha in Your System :v Pilih No. 2 PRABOWO SUBIANTO-SANDIAGA UNO," Tulisan berjalan juga mengajak nitizen untuk unsubscribe Atta Halilintar.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Widoyono mengaku terkejut dan menyayangkan peristiwa itu. Dalam keterangan pers, Widoyono menjelaskan tulisan yang sempat diunggah dalam vidio berdurasi 1,22 menit itu terjadi karena peretasan.

"Jalur penyebab kesalahan tekhnis masih dianalisis agar tidak ada kejadian serupa," katanya.

Kronologi peretasan diawali Senin (4/3/2019), jam 07.30. Jam 09.00, running text Puskesmas Srondol Semarang mengkampanyekan pasangan capres 02 menjadi viral di media sosial. Jam 09.15, running text itu dinonaktifkan oleh Kepala Puskesmas. Jam 13.00, running text dicopot untuk perbaikan teknis.

Kepala Puskesmas, Muhammad Hidayanto mengaku mengetahui baru pada jam 08.30 WIB. Saat itu sedang rapat, dan mendapat informasi dari staf.

"Saya tahunya jam 08.30. Diberitahu staf saya ada tulisan itu," kata Hidayanto, Senin (4/3/2019) menanggapi peretasan itu.

 

 

Pejabat Mengaku Tak Paham

puskesmas
Anggaran pengamanan sistem IT ada di Dinas Komunikasi, Informasi dan Persandian Kota Semarang dalam APBD Kota Semarang 2019. (foto: liputan6.com / edhie prayitno ige)

Sementara itu dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah, pengelolaan layanan masyarakat berupa teks berjalan masuk di Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Pemerintah Kota Semarang. Anggaran tersebut masuk didalam komponen Program Persandian Daerah, Program Peningkatan Pelayanan Informasi (pengelolaan domain dan sub domain semarangkota.go.id).

Dalam APBD Kota Semarang 2019 itu, dianggarkan Rp 250 juta yang digunakan untuk penyediaan alat, peningkatan SDM dan penyediaan software pengaman informasi. Selain itu ada pula anggaran Rp 1,4 Milyar untuk pengelolaan domain dan sub domain yang mendukung program smart city.

Kepala Pusat Informasi Publik mengaku tidak tahu dengan anggaran yang dikelola di dinasnya. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Kepala Pusat Informasi Publik Kota Semarang, Nana Storada mengaku tak mengetahui besar anggaran untuk menciptakan sistem yang aman. Bahkan ketika menjawab pertanyaan Liputan6.com, ia menyarankan bertanya kepada Kepala Dinas Kesehatan, meski dalam APBD 2019 anggaran tersebut masuk ke dinasnya.

"Coba tanyakan Dinkes. Mosok running text perlu dana pengawalan (pengamanan)?" jawabnya singkat.

Peneliti keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CiSSReC), Ibnu Dwi Cahyo menyebutkan bahwa peretasan sistem milik pemerintah sudah beberapa kali terjadi. Sebelumnya portal semarangkota.go.id juga pernah diretas.

"Sebenarnya itu adalah peringatan saja dari si peretas bahwa sistem yang dipakai tidak aman. Masih mudah dibobol," kata Ibnu.

 

Simak video terkait berita ini di tautan berikut:

Hanya Peringatan

puskesmas
Ibnu Dwi Cahyo, Peneliti CiSSReC. (foto: Liputan6.com / edhie prrayitno ige)

Menurut Ibnu, tanda-tanda kalau peretas hanya memberi peringatan adalah dengan meninggalkan jejak. Bagi peretas, jika ingin membobol semua sistem tentu bisa, namun ini hanya meninggalkan jejak.

"Mengenai konten yang berubah menjadi kampanye, jangan terjebak di situ. Yang utama, amankan dulu sistemnya," kata Ibnu.

Kota Semarang memproklamirkan diri sebagai smart city yang semua terkoneksi dalam sebuah sistem. Namun jika sistem tidak aman, maka seluruh kekacauan akan terjadi. Seperti dalam film Fast n Furious, dimana para pembalap liar bisa mengendalikan traffict light untuk memudahkan mereka balapan dan menyelundupkan mobil mewah.

"Bayangkan saja jika si peretas ini jahat, seluruh sistem dalam smart city bisa dia kuasai hanya bermodal sebuah laptop. Makanya pengamanan sistem itu penting," kata Ibnu.

Program smart city Pemerintah Kota Semarang rupanya masih malu-malu kucing. Anggaran ratusan juta hingga milyaran rupiah dari pajak rakyat yang digunakan untuk peningkatan kemampuan SDM tak banyak bermanfaat. Tak ada penambahan pengamanan meskipun sudah pernah diretas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya