Liputan6.com, Bandung - Listrik menjadi salah satu kebutuhan primer umat manusia. Hampir di setiap aktivitas manusia menggunakan listrik. Tapi, masih ada kawasan di Indonesia yang belum terjangkau aliran listrik.
Berangkat dari persoalan tersebut, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2 Telimek) LIPI memiliki beberapa hasil penelitian terkait energi terbarukan dengan biaya murah. Caranya dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro alias memanfaatkan kinetik air.
Piko Hidro merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan potensi energi air dengan head sangat rendah (1–3 meter) dengan debit yang besar.
Advertisement
Baca Juga
Turbin arus sungai (TAS) bekerja karena adanya energi kinetik air yang mengalir memasuki turbin dan diarahkan oleh sudu pengarah menuju runner atau sudu gerak kemudian keluar melalui sebuah saluran yang disebut draft tube.
Energi kinetik air menyebabkan sudu turbin berputar sehingga poros turbin juga ikut berputar.
"Pembangkit listrik ini bisa menghasilkan energi listrik bahkan dari debit air yang sangat kecil," kata peneliti P2 Telimek LIPI, Anjar Susatyo di Bandung, Senin (22/4/2019).
Piko Hidro menggunakan turbin sederhana, mudah dipasang, serta ramah bagi organisme air seperti ikan. Selain itu, Piko Hidro mudah dalam pengoperasian dan perawatan.
"Mudah dalam instalasi, bangunan sipil sederhana dan murah serta keandalan tinggi," jelasnya.
Daya listrik maksimal yang dapat dibangkitkan oleh Piko Hidro adalah 1.000 watt. Turbin air ini sangat cocok untuk diaplikasikan di sungai atau pada saluran irigasi yang memiliki terjunan sekitar 1,5 meter atau lebih dengan debit air lebih dari 0,25 meter kubik per detik.
Lebih Praktis Dibanding Genset
Anjar mencontohkan Piko Hidro 250 watt yang ia kerjakan bersama peneliti lainnya. Produk Piko Hidronya seberat 17 kilogram tersebut bisa menghasilkan daya 50-250 watt dengan menggunakan head 0,75-2 meter dan debit air 25-30 liter per detik.
"Untuk listrik yang dihasilkan bisa menyalakan tiga buah lampu dan satu televisi," kata Anjar.
Ia juga menyebutkan, pihaknya sudah mengujikan Piko Hidro di Sungai Barabai, Kalimantan Selatan. Jika dibandingkan dengan genset, Anjar mengatakan, Piko Hidro lebih praktis.
"Bayangkan bila masyarakat di daerah terpencil harus menggunakan genset yang lebih berat dan harus dibongkar dulu saat mau dibawa ke perkampungan," ujarnya.
Anjar menargetkan harga Piko Hidro yang dikembangkan LIPI ini tidak lebih dari Rp10 juta. Itu belum termasuk pipa PVC untuk menyambungkan pembangkit listrik tenaga kinetik air tersebut.
"Untuk produksi kita kejar 50 unit tidak terlalu sulit. Intinya barangnya murah tapi tetap berkualitas," kata Anjar. L
Saat ini kendala yang dihadapi dalam membuat Hidro Piko ada pada generator. Sebab barang tersebut harus impor.
"Tapi bisa pakai alternatif dengan menggunakan generator di pasaran. Untuk pembuatan dengan skala 50 bisa 2-3 minggu," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement