Ketika 3 Wanita Gelar Ritual dan Sesajen di Lokasi Banjir Konawe

Sejumlah warga menggelar ritual dan pemberian sesajen di Jalan putus poros Sungai Pohara, usai banjir Konawe menerjang wilayah itu.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 21 Jul 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2019, 04:00 WIB
Ritual dan sesajen yang digelar warga di pinggir Sungai Pohara, Kabupaten Konawe, Jumnat (19/7/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Ritual dan sesajen yang digelar warga di pinggir Sungai Pohara, Kabupaten Konawe, Jumnat (19/7/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Bencana banjir Konawe merusak sejumlah fasilitas jalan dan jembatan. Berbagai upaya dilakukan untuk membantu memulihkan, termasuk hal-hal bersifat ritual gaib.

Kehebohan terjadi pada Jumat (19/7/2019), di Jalan poros trans Sulawesi. Sejumlah warga menggelar ritual pemberian sesajen di tengah galian proyek jalan antar provinsi yang rusak diterjang banjir Konawe.

Jalan rusak yang sudah berkali-kali di wilayah ini, dipercayai masih berhubungan dengan hal-hal bersifat gaib. Sehingga, sejumlah warga sepakat menggelar ritual berdoa bersama di tepi sungai.

Dalam video yang beredar pada salah satu grup media sosial, ritual terlihat digelar pada Jumat pagi di sisi sungai Pohara, Kabupaten Konawe. Sebanyak 7 orang warga berkumpul menghadap sesajen menghadap ke arah aliran sungai berair keruh.

Mengambil posisi duduk jongkok, warga memegang beberapa nampan berisi nasi putih berbentuk kerucut. Beberapa sisir pisang masak dan panganan tradisional, juga terlihat dalam sesajen.

Ada tiga orang perempuan yang ikut dalam ritual. Dua orang menggunakan penutup kepala, sisanya hanya memakai baju daster.

Seorang kepala adat yang terlihat sudah beruban, diserahi tugas memimpin ritual. Berada di depan barisan, dia terlihat menyuruh beberapa orang yang berdiri di belakangnya.

Ritual berjalan sekitar 15 menit di pinggiran kali Pohara yang dikenal memiliki banyak kisah mistis. Menghadap aliran kali, warga yang ikut ritual terlihat berdoa sambil menundukkan kepala.

Lokasi ritual berada diantara tanah amblas dan pipa air PDAM yang sempat rusak. Wilayah ini, kerap menjadi langganan banjir Konawe yang berasal dari luapan sungai Pohara.

Pro Kontra

Desa Tapuwatu, hilang usai diterjang banjir bandang Konawe Utara Jumat (7/6/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Desa Tapuwatu, hilang usai diterjang banjir bandang Konawe Utara Jumat (7/6/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Aksi mereka yang disebar di media sosial, mendapat banyak protes dan dukungan dari warga. Akun bernama Tjahya menulis, "Pewowi (bodoh) betul mereka masih percaya begituan sebenarnya mereka itu punya tuhan atau tidak? sudah tahu itu perbuatan syirik (menduakan tuhan) masih juga dilakukan kalau Allah murka biar seribu kali ko bikin jembatan klo Allah mengehendaki hancur mampus kalian'.

Akun Piping Firman Fitrawan malah mengatakan, lebih baik sesajen dimakan bersama-sama. Dia mengatakan, pemberian sesajen dalam ritual itu sebagai praktik syirik.

Video yang sudah hampir 500 kali dikomentari dan ditonton ribuan kali itu, juga mendapat dukungan dari warga lainnya.

Beberapa akun malah setuju, jika segala tindakan warga memberikan sesajen adalah budaya yang dilakukan sejak dahulu.

Netizen menganggap tidak melanggar, selama hanya menyandarkan niat kepada tuhan pencipta alam semesta.

Aksi warga ini, disebut-sebut sebagai ritual adat Mosehe. Salah satu prosesi budaya turun-temurun yang dilakukan sebagai ajang syukuran dan berdoa untuk kampung halaman.

Ruksamin, salah satu tokoh masyarakat mengatakan, pihaknya belum mengetahui jenis ritual dan sesajen yang digelar warga.

Terkait anggapan warga soal ritual adat mosehe, pihaknya belum bisa memastikan. "Belum jelas, karena tidak ditahu apa yang dibaca," ujarnya.

Anggota DPR RI Soroti Gubernur dan Bupati

Anggota Komisi V DPR RI Ridwan BAE meninjau jembatan putus di Konawe, Jumat (19/7/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Anggota Komisi V DPR RI Ridwan BAE meninjau jembatan putus di Konawe, Jumat (19/7/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Jalan trans Sulawesi yang amblas karena banjir dan longsor di kabupaten Konawe, diganti dengan jembatan. Pembangunannya, ditangani langsung Kementerian PUPR RI.

Jembatan ini, menghubungkan dua sisi jalan yang sebelumnya amblas diterjang banjir. Sudah berkali-kali sejak awal tahun 2000, wilayah jalan ini kerap menjadi langganan banjir.

Anggota DPR RI Komisi V, Ridwan BAE bersama sejumlah anggota komisi lainnya, meninjau langsung pembangunan jembatan penghubung di jalan trans Sulawesi, Jumat (19/7/2019).

"Kami berharap, Bupati Konawe Kerry Syaiful Konggoasa bisa mencarikan solusi bagi warga yang tinggal di bantaran sungai, kasian mereka rumahnya sudah setiap tahun kena banjir," ujar Ridwan BAE, Jumat (19/7/2019).

Dia berharap, Bupati bisa merelokasi warga yang rumahnya terancam jatuh di bantaran sungai karena longsor. Sikap sigap pemda, bisa meminimalisir ancaman korban jiwa karena banir Konawe.

Ridwan juga menyoroti perusahaan tambang di wilayah itu yang kerap memakai jalan negara. Dia meminta menegaskan kepada Gubernur Sultra Ali Mazi, untuk segera menghentikan perusahaan tambang melalui jalan negara dan segera membuat jalur sendiri.

"Salah satu penyebab jalan suka amblas sebelum waktunya, karena memang dilalui kendaraan alat berat dari tambang sekitar Konawe yang mana jalan tak mampu menanggung beban kendaraan," ujarnya.

Pada hari yang sama, Gubernur Sultra Ali Mazi juga mengunjungi lokasi pembuatan jembatan. Dia berharap, jembatan bisa segera selesai dengan cepat karena banyak warga Konawe dan Konawe Utara yang beraktifitas di Kendari.

"Jalan ini amblas karena ada aliran sungai kecil dibawahnya, itulah kami berusaha mencarikan solusi agar ini bisa bagus kembali," ujarnya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya