September Hitam dan Meredupnya Demokrasi di Tanah Air

Di atas aspal, membentang sebuah spanduk putih bertuliskan September Hitam, sebagai tanda berkabung atas berbagai persoalan HAM yang bermunculan setiap hari.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 28 Sep 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2019, 00:00 WIB
Aksi Kamisan Bandung
Sejumlah peserta aksi Kamisan menggelar peringatan ke-291 terkait berbagai peristiwa pelanggaran HAM. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Ratusan pelajar di Kota Bandung turun ke jalan mengikuti aksi Kamisan yang digelar di depan Gedung Sate, Kamis (26/9/2019). Mereka ikut aksi sebagai bentuk solidaritas kepada sesama pelajar dan mahasiswa yang sebelumnya telah melakukan aksi menuntut agar DPR membatalkan sejumlah rancangan revisi Undang-undang (RUU).

Aksi Kamisan ke-219 di Bandung mengangkat tema September Hitam. Kegiatan kali ini menyuarakan terkait aksi represif aparat dalam mengawal demonstrasi yang terjadi sejak tragedi Semanggi 2 hingga aksi unjuk rasa mahasiswa beberapa hari terakhir.

Pantauan Liputan6.com, tampak beberapa peserta aksi Kamisan membawa payung hitam. Mereka juga menggelar orasi secara bergiliran untuk menyampaikan kekecewaannya atas berbagai persoalan demokrasi di Indonesia.

Di atas aspal, membentang sebuah spanduk putih bertuliskan September Hitam, sebagai tanda berkabung atas berbagai persoalan HAM yang bermunculan setiap hari.

Saat aksi digelar, tampak pelajar yang berseragam putih abu. Mereka bahkan tak hanya berdiri dalam barisan, tapi juga ikut berorasi.

Raden Romis, siswa kelas 3 SMAN 3 Bandung mengaku ikut Kamisan karena dia berdiskusi dengan teman-temannya. Romis ikut aksi karena kesadaran bahwa pelajar juga bisa menyuarakan pendapatnya.

"Ini karena kesadaran diri. Di sekolah, kita juga diskusi-diskusi terus terpikir, masa cuma mahasiswa saja yang turun. Jadi timbul bahwa kita juga harus bersuara. Hak sebagai warga negara juga kan," katanya.

Selain Romis, Azhar, pelajar lainnya mengikuti aksi sepulang sekolah. Pihak sekolah sempat melarang mereka untuk aksi.

Namun Azhar menilai bahwa isu-isu yang sedang disuarakan mahasiswa dan elemen masyarakat belakangan ini terkait revisi beberapa undang-undang. Dia mencontohkan protes terhadap UU KPK hasil revisi.

"Kita juga sama mengakses informasi dari media sosial, dari televisi. Dari situ kita sadar ada hal yang kurang baik ke depannya. Yang paling trending di angkatan kita kebanyakan tentang KPK. Soal penyadapan itu. Nantinya bukan jadi lembaga independen lagi," ujarnya

Azhar mengatakan, dirinya ikut bersolidaritas kepada pelajar dan mahasiswa yang sebelumnya telah melakukan aksi menuntut agar DPR membatalkan sejumlah rancangan undang-undang.

"Ya kita ingin bantu menyuarakan juga," ucapnya.

Aksi Kamisan selesai pukul 18.15 WIB. Setelah itu, ratusan pelajar bergerak menuju depan Gedung DPRD Jabar.

Mereka kembali untuk sedikit menyampaikan pendapat. Tampak polisi dan TNI berjaga-jaga. Namun, aksi yang dilakukan para pelajar itu hanya berlangsung sebentar dan mereka bubar secara tertib.

Simak video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya