Liputan6.com, Malang - AS dan AA, pasangan suami istri ini terbilang sudah malang melintang dalam dunia kejahatan, tepatnya penipuan. Warga Kampung Bali, Magelang, Jawa Tengah ini ditangkap di Kota Malang. Modus penipuan mereka dengan menukar mata uang asing dan janji sebagian uang disumbangkan ke masjid.
AS dan AA tidak berdua dalam beraksi. Mereka satu komplotan dengan dua rekannya yaitu TKA dan AA yang kini diburu polisi. Nilai kerugian korban mereka mencapai ratusan juta. Dengan modus penipuan itu mereka beraksi di Jakarta, Kalimantan Timur, sampai Malang.
"Ya sudah lama, ada 10 tahun. Ini sama istri. Semua hasil kejahatan dibagi rata kami berempat," kata AS di Mapolres Malang Kota, Selasa, 17 Desember 2019.
Advertisement
Baca Juga
Di Kota Malang, komplotan ini beraksi sebanyak tiga kali yakni Oktober 2018 di sekitar Alun–Alun Malang. Kedua, pada September 2019 di kawasan Pulosari Klojen. Terakhir, pada 1 November 2019 di depan sebuah bank di Jalan Veteran Kota Malang.
Nilai kerugian masing–masing korban itu mulai dari Rp70 juta, Rp170 juta, dan Rp540 juta. AS sendiri menggunakan hasil kejahatannya itu untuk biaya hidup dan membeli perangkat musik elektronik.
"Ada juga yang saya sumbangkan ke masjid. Kalau otak di balik ini semua ya teman saya TKA asal Jakarta, dia juga yang dapat uang asing Rusia dan Brasil," dalih AS.
Modus penipuan keempat pelaku ini dengan cara menukar pecahan mata uang Rusia dan Brasil. Segepok uang pecahan seribu itu dibeli oleh TKI di kawasan Pasar Senen Jakarta. Namun, seluruh uang itu sudah kedaluarsa alias tidak berlaku lagi.
Modus Penipuan
Kapolres Malang Kota, AKBP Leonardus Simarmata mengatakan, para pelaku berangkat dari Magelang dengan naik sebuah mobil sewaan. Komplotan ini menyasar ke pusat keramaian maupun ATM dan kantor bank.
"AS dan TKA mencari target, mendekati calon korban dengan menawarkan uang asing," kata Leo.
Selanjutnya, seorang lagi datang bergabung dan berpura–pura sebagai teman yang lama tidak berjumpa. Saling menguatkan agar calon korbannya yakin. Kepada korban, pelaku menyebut sebagian uang hasil penukaran akan disumbangkan ke masjid dan panti asuhan.
Satu pelaku lagi berbekal kartu pengenal pegawai bank palsu datang dan seolah–olah meyakinkan bila uang asing itu asli. Korban juga dijanjikan dapat bonus bila mau menukarkan uang mereka.
"Para pelaku beralasan ke korban tak mau menukar ke bank karena riba. Korban tak tahu kalau uang itu sudah kedaluarsa, tidak berlaku," tutur Leo.
Begitu korban mulai berminat dan tertarik ia akan diantar dan dikawal untuk mengambil uang tunai. Setelah pelaku mendapatkan targetnya, korban ditinggal begitu saja. Ada pula di antara segepok uang ratusan ribu rupiah yang diberikan ke korban hanya asli pada lapisan atas.
Advertisement