Kapal Kargo Cina Belum Diizinkan Berlabuh di Aceh, ABK Terkatung-Katung

Kapal kargo asal Cina pengangkut material bbangunan untuk pembangkit listrik di Aceh tidak diizinkan berlabuh karena sejumlah masalah, simak beritanya.

oleh Rino Abonita diperbarui 12 Jan 2024, 20:11 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2020, 22:00 WIB
Ilustrasi kapal kargo (Liputan6.com/Ist)
Ilustrasi kapal kargo (Liputan6.com/Ist)

Liputan6.com, Aceh - Kapal kargo asal Cina pengangkut material bangunan untuk pembangkit listrik di Aceh belum diizinkan berlabuh karena terhalang beberapa masalah. Salah satunya kekhawatiran sejumlah pihak mengenai virus Corona Covid-19 yang ditakutkan telah dibawa oleh anak buah kapal (ABK).

Kapal MV New Lucky II berangkat dari Mawei, Fujian, membawa ribuan pipa semen tiang pancang untuk pembangunan PLTU 3-4 di Nagan Raya. Kapal tersebut tiba di kawasan laut Calang, Aceh Jaya pada 30 Maret, dan rencananya akan melakukan bongkar muat.

Pemerintah lokal tak memberi rekomendasi, lantas, kapal pun terkatung-katung belasan hari tanpa tujuan. Akhirnya, kapal pembawa 18 WNA memutuskan memutar haluan ke perairan Meulaboh, Aceh Barat, pada Minggu (19/04/2020).

Namun, kapal tersebut juga tak diizinkan bersandar di pelabuhan setempat untuk melakukan pembongkaran, dan kini berada sekitar tujuh mil dari daratan Kecamatan Johan Pahlawan.

"Ini lagi proses, belum ada persetujuan semua pihak, karena soal kapal ini banyak stakeholder yang harus dihubungi, ada beberapa pihak termasuk imigrasi, bea cukai, ada beberapa pihak yang harus sinkron. Ini lagi pengurusan apakah dapat persetujuan dibongkar atau tidak," terang Kepala Dinas Perhubungan Aceh Barat, Tarfin kepada Liputan6.com, Kamis sore (30/4/2020).

Tarfin tidak menampik jika terdapat reaksi yang beragam selama keberadaan kapal asing itu mencuat ke publik. Ini semua karena kapal tersebut berasal dari Cina, negara awal di mana virus berkode SARS-CoV-2 pertama kali muncul.

"Memang kita berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, namun, kalau melihat mereka masuk perairan Calang 30 Maret, sekarang 30 April, berarti masa inkubasi sudah selesai, kalau ada terjangkit, orang itu, sudah mati semua mereka, tapi, kita harus waspada semua, kan," ujar Tarfin.

Kondisi ternyata jauh lebih rumit dari yang diperkirakan karena para kru telah terkatung-katung di di laut selama sebulan.

Manajemen perusahaan di Cina diduga telah mengirim surat permintaan bantuan kepada duta besar negara itu, yang salinannya didapat Liputan6.com pada 24 April, menyebutkan para ABK telah kekurangan stok makanan serta air segar selama di laut.

Di samping muncul pula rasa cemas atas kondisi fisik dan mental para kru. Salah satu lembaga nonpemerintah di Aceh pun meminta pemerintah lokal agar mau mengambil langkah yang lebih manusiawi.

"Delapan belas ABK kapal terancam kelaparan karena kehabisan pasokan makanan,” kata Ketua YARA Aceh Barat, Hamdani, kepada Liputan6.com, Rabu kemarin.

Sebagai wujud kemanusiaan, pemerintah setempat memutuskan memberi bantuan sembako kepada para ABK, yang akan disalurkan secara bertahap melalui agensi yang bertanggung jawab atas kapal tersebut. Sembako tersebut rencana diberikan untuk pertama kali kemarin, demikian kata Asisten I Setdakab, Mirsal.

"Kemarin kita mau kirim, jadi kita hubungi agensinya, namun, dibilang agensinya tidak apa-apa, mereka yang tangani, jadi tidak jadi kita kirim. Itu sebagai bentuk partisipasi, tapi, pihak agensi sudah dihubungi melalui kadis perhubungan, katanya begitu. Jadi, kita batalkan, karena mereka menolak," kata Mirsal, kemarin.

"Menurut agen, orang itu baik-baik saja enggak ada kurang apapun di sana. Kebutuhan hidup cukup," kata Tarfin.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya