Liputan6.com, Malang - Bercocok tanam jadi salah satu kegiatan yang banyak digandrungi masyarakat selama pandemi Corona Covid-19. Bukan hanya tanam sayuran di kebun, tapi juga merawat tanaman hias di halaman rumah.
Ini menjadi berkah tersendiri bagi petani maupun pedagang tanaman hias. Sempat terpuruk di awal pandemi, kini omzet pedagang tanaman semakin berlipat. Apalagi harga tanaman turut meningkat.
Advertisement
Baca Juga
Budi, seorang pengelola kios bunga di Pasar Bunga Splendid, Kota Malang mengatakan, penjualan sempat lesu pada dua bulan pertama pandemi. Itu dimaklumi lantaran orang masih enggan keluar rumah dan banyak perkantoran tutup.
"Setelah itu, mulai ramai lagi. Perlahan harga tanaman hias ikut naik karena permintaannya tinggi," kata Budi di Malang, Minggu, 25 Oktober 2020.
Nilai transaksi penjualan setiap hari pun melonjak drastis. Rata-rata setiap hari omzet antara Rp1,5 juta - Rp3 juta. Padahal sebelum pandemi Covid-19 omzet harian paling tinggi sebesar Rp1 juta.
Peningkatan omzet itu disebabkan naiknya harga tanaman. Permintaan cukup tinggi, sementara pasokan dari petani terbatas. Aglonema misalnya, sebelum pandemi harganya antara Rp50 ribu - Rp80 ribu per pot. Sekarang antara Rp150 ribu - Rp350 ribu, tergantung ukuran.
"Tanaman hias gantung seperti mata lele sampai air mas juga mulai banyak peminatnya. Harganya ikut naik," ucap Budi.
Adi Susilo, seorang pedagang tanaman hias lainnya menyebut hal serupa. Omzetnya bisa sampai Rp3 juta per hari karena harga tanaman naik dan banyak peminat.
"Kaktus, Sri rejeki sampai keladi pun harganya merangkak naik, makanya omzet ikut naik," ucap Adi.
Kenaikan harga tanaman hias itu dinilainya masih wajar. Berbeda dengan kenaikan harga tanaman monstera atau janda bolong yang bisa mencapai jutaan rupiah. Ia memperkirakan harga monstera mahal sampai tahun depan.
"Fenomena janda bolong ini mirip anturium atau gelombang cinta. Situasi tanaman hias ini perkiraan saya tetap bagus sampai tahun depan," ujar Adi.