Membaca Dampak Kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS bagi Indonesia

Politisi Partai Demokrat Joe Biden akhirnya berhasil mengumpulkan suara elektoral terbanyak dalam pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 08 Nov 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2020, 17:00 WIB
FOTO: Joe Biden - Kamala Harris Sampaikan Pidato Kemenangan Pilpres AS 2020
Presiden terpilih Joe Biden saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan Pilpres AS 2020. (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Bandung - Politisi Partai Demokrat Joe Biden akhirnya berhasil mengumpulkan suara elektoral terbanyak dalam pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat. Joe Biden akan menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46.

Kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS diproyeksikan membawa angin segar bagi dunia. Implikasi dari kemenangan Joe Biden juga akan dirasakan Indonesia.

“Indonesia tetap akan dipandang sebagai salah satu andalan AS di Asia Tenggara,” kata Guru Besar FISIP Unpad Arry Bainus dalam diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu yang digelar secara virtual pada akhir pekan ini.

Menurut Arry, Joe Biden cenderung akan menjalankan kebijakan multilateralisme dengan mengandalkan sekutunya di Asia Tenggara dalam berbagai isu keamanan. Indonesia menjadi negara yang dipandang penting untuk membuat kawasan Asia Tenggara tetap kondusif, terutama berkaitan dengan isu Laut Cina Selatan.

Indonesia, lanjut Arry, akan berpeluang menjalin kerja sama bilateral dengan AS di bidang pertahanan, seperti persediaan senjata dan pelatihan militer bagi TNI.

“Namun tergantung diplomasi yang dijalankan Indonesia,” ujarnya.

Di sektor ekonomi, Mantan Wakil Presiden Barrack Obama ini akan kembali menjalankan kebijakan Trans-Pacific Partnership (TPP) sebagai upaya untuk melawan kekuatan ekonomi Tiongkok yang meningkat.

Meskipun bukan bagian dari TPP, Arry menilai Indonesia perlu mempertimbangkan kembali manfaat TPP bagi perekonomian. Ini disebabkan kebijakan Biden yang cenderung menjalankan multilateralisme.

Tak hanya itu, diplomasi ekonomi dengan AS harus tetap ditingkatkan meskipun Indonesia telah mendapatkan surplus dari perdagangan dengan AS. Hal ini didasarkan, pasar AS tetap menjadi yang terbesar di dunia dan AS tetap melihat Indonesia terutama dari sektor migas.

Sementara di sektor pendidikan, Indonesia punya peluang kerja sama dalam pemberian beasiswa bagi WNI serta kerja sama dalam pengembangan riset dan teknologi. Peluang ini didasarkan atas kebijakan imigrasi yang terbuka dan pemberian kesempatan bagi tenaga ahli dari seluruh dunia untuk mengembangkan bakatnya di AS.

Arry menambahkan, di sektor kesehatan, Indonesia punya peluang dalam kerja sama kesehatan global dengan AS. Salah satunya adalah kerja sama penanggulangan Covid-19.

“Indonesia punya peluang untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan dan vaksinasi secara bersama-sama dengan AS,” ujarnya.

Namun menurut Arry, ada hal yang perlu diwaspadai usai terpilihnya Joe Biden sebagai presiden ke-46 AS. Di sektor lingkungan, Arry memprediksikan, Indonesia harus berhati-hati dalam melakukan perdagangan kelapa sawit.

"Komitmen Joe Biden yang akan membawa AS kembali masuk ke sejumlah isu global akan cenderung mengikuti Uni Eropa dalam melarang perdagangan yang berbau “merusak lingkungan”, seperti deforestasi, kebakaran hutan, hingga pembalakan liar," katanya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya