Banjir Cilacap Meluas, Pengungsi: Belum Ada Bantuan dari Pemerintah

Ratusan pengungsi di Sidareja, Cilacap juga kekurangan bantuan makanan

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 19 Nov 2020, 01:30 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2020, 01:30 WIB
Ribuan jiwa mengungsi akibat banjir Cilacap, 28 November 2020. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ribuan jiwa mengungsi akibat banjir Cilacap, 28 November 2020. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Banjir di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada Rabu (18/11/2020) semakin meluas. Sebanyak 31 desa di 10 kecamatan terendam banjir atau meningkat tiga kecamatan dibanding hari sebelumnya.

Banjir menggenang sejak Senin dinihari dan terus meluas. Di Cilacap timur, sebanyak tujuh desa terendam, yakni di Kecamatan Kroya dan Sampang.

Sisanya, sebanyak 24 desa berada di wilayah Cilacap barat, yakni Kecamatan Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Sidareja, Kedungreja, Cipari, Wanareja dan Cimanggu. Puluhan ribu jiwa terdampak dalam banjir kali ini.

“Melakukan peninjauan lokasi kejadian dan Melakukan Assesment bersama Forkompimcam dan dinas terkait. Melakukan Operasi Tanggap Darurat dan kordinasi bersama relawan dan dinas terkait untuk penanganan darurat,” kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy.

Dia juga menjelaskan, petugas dan relawan terus mengevakuasi warga yang masih terjebak di rumanya. Utamanya, kelompok rentan, seperti bayi dan balita, ibu hamil, lansia dan orang sakit.

“Evakuasi korban banjir menggunakan perahu karet,” ujarnya.

Sementara, di salah satu pengungsian mandiri di Sidamulya, Kecamatan Sidareja, jumlah pengungsi semakin bertambah. Terkini, di salah satu ruko di wilayah ini menampung pengungsi lebih dari 60 orang.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Bantuan Makanan Pemerintah Tak Kunjung Tiba

Banjir di Cilacap semakin meluas, 31 desa di 10 kecamatan terendam. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Banjir di Cilacap semakin meluas, 31 desa di 10 kecamatan terendam. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Marsikun, tokoh masyarakat setempat mengatakan, sebelumnya warga mengungsi di musala di tengah permukiman. Akan tetapi, mulai Rabu dinihari, air kembali naik dan akhirnya, mulai Rabu pagi warga pindah pengungsian.

Menurut dia, ketinggian air di pekarangan warga mencapai 130-150 sentimeter. Adapun di rumah, ketinggian air mencapai semeter.

“Ada yang sudah masuk selutut. Tapi ada juga yang sudah segini,” ucapnya sembari menunjukkan pusar.

Menurut dia, ratusan pengungsi di Sidareja, Cilacap juga kekurangan bantuan makanan. Hingga Rabu sore (18/11/2020) para pengungsi belum mendapat makanan bantuan dari pemerintah.

Dia mengaku sudah melaporkan lokasi pengungsiannya kepada ketua RT yang selanjutnya meneruskan kepada pemerintah desa. Akan tetapi, hingga Rabu sore, belum ada bantuan dari pemerintah, termasuk makanan.

Karenanya, sejumlah warga berinisiatif memasak di pengungsian. Beberapa pengungsi lainnya, membeli makanan di warung.

“Tadi pagi ada bantuan makanan tapi dari NU. Kalau Bagana kan dari Banser NU kan ya. Ada juga orang memberi makanan, pemilik toko,” kata Marsikun.

 

Pengungsi Butuh Obat, Selimut dan Lainnya

Padahal, jumlah pengungsi hampir dipastikan bertambah. Di antara mereka, ada bayi, balita, lansia dan kelompok rentan lainnya.

Selain makanan, mereka butuh selimut, susu bayi, dan obat-obatan.

“Ada yang sudah gatal-gatal. Petugas kesehatan juga belum ke sini. Yang sudah ke sini Bagana sama MDMC,” ujarnya.

Serupa dengan di Sidamulya, pengungsi di SD Negeri 03 Sudagaran, Kecamatan Sidareja juga belum memperoleh bantuan makanan dari pemerintah. Makanan baru dikirim oleh para relawan dari Muhammadiyah, pada Selasa. Sedangkan pada Rabu, belum ada makanan yang dikirimkan.

“Menunggu kiriman kan belum ada. Jadi kami masak sendiri. Kami butuh makanan, terus air bersih juga. Karena, air PAM-nya itu bau banget,” ucap Suminah (55 th), pengungsi asal RT 03 Desa Sudagaran.

Di SD Negeri 03 Sudagaran, terdapat 25 keluarga yang terdiri dari 100 jiwa lebih. Mereka mengungsi sejak Selasa pagi seturut terendamnya permukiman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya