Liputan6.com, Purbalingga - Belasan buruh dari dua pabrik rambut palsu di Purbalingga terkonfirmasi positif COVID-19. Namun di tengah kecemasan usai divonis positif COVID-19, mereka harus menghadapi penolakan warga saat menjalani isolasi mandiri di rumah kos di Kelurahan Kalikabong Kecamatan Purbalingga.
Mereka diminta mengisolasi diri karena fasilitas kesehatan di rumah sakit telah penuh. Di samping itu, kondisi para buruh yang tidak menunjukkan gejala Covid-19 juga menjadi pertimbangan.
Advertisement
Baca Juga
"Ironisnya rumah sakit sudah penuh, tetapi kuncinya karantina komunal," kata Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, Hanung Wikantono, Senin (22/11/2020).
Karena penolakan warga, sebanyak 18 buruh yang semuanya perempuan dievakuasi dari rumah kos ke fasilitas isolasi darurat di Gedung Korpri Purbalingga. Selama diisolasi, pemerintah menyediakan kebutuhan konsumsi dan akomodasi pasien Covid-19 tersebut.
"Pak Pjs sudah mengajukan bantuan untuk kebutuhan pangan ke BNPB untuk mengantisipasi lonjakkan kasus baru ke depan," tuturnya.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Penutupan 2 Pabrik Klaster Covid-19
Satgas COVID-19 kemudian menutup dua pabrik dengan itu selama tiga hari hingga seminggu. Selama penutupan, Satgas COVID-19 menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh ruang kerja di dua pabrik tersebut.
Dinas Kesehatan juga menelusuri buruh lain dan melakukan tes usap terhadap karyawan yang lain. Hanung menyebut jumlah pasien postif COVID-19 dari klaster buruh menjadi 26 orang.
"Masyarakat harusnya saling menolong, pasien COVID-19 jangan distigma," kata dia.
Hanung mengimbau agar masyarakat bertotong royong dalam mengatasi pandemi. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengenalkan program Jogo Tonggo agar upaya mengatasi persoalan pandemi lebih ringan.
"Ayo bersama-sama menghadapi pandemi dengan gotong royong, Jogo Tonggo juga jangan sekadar slogan tetapi dijalankan," ucapnya.
Advertisement