Liputan6.com, Aceh - Bangkai gajah sumatera berjenis kelamin jantan yang mati di pedalaman Desa Alue Meuraksa, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya ditemukan dalam kondisi jeratan di kaki kiri.
"Secara kasat mata memang kita lihat ada ikatan tali, namun kita tidak bisa simpulkan itu jeratan apa, nanti setelah otopsi oleh pihak BKSDA baru bisa kita pastikan," kata Kasat Reskrim Polres Aceh Jaya AKP Miftahuda Dizha, Jumat.
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia gajah tersebut sudah lama terjerat. Terlihat dari tali jeratannya yang melekat di kakinya sudah dalam jangka waktu lama, namun gajah itu tetap memaksakan untuk berjalan.
"Jikapun benar BKSDA menyampaikan itu jeratan kita juga tidak bisa pastikan itu terjadi di wilayah tersebut, bisa saja di tempat lain atau di kabupaten lain karena kaki sudah lama," dikutip Antara.
Kasat menambahkan bahwa gajah jantan yang ditemukan mati tersebut masih dalam kondisi utuh, lengkap dengan gadingnya.
"Dari kasat mata, dugaan kami itu gajah jantan, dan ditemukan juga gading gajah yang masih utuh," katanya.
"Namun untuk penyebab kematian dan berapa lama udah mati serta usianya itu kami belum bisa pastikan juga, nanti biar pihak BKSDA yang menyampaikannya," katanya lagi.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Hasil Nekropsi Bangkai Gajah
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah melakukan nekropsi bangkai gajah liar sumatera (elephas maximus sumatrensis) yang ditemukan mati di Desa Alue Meuraksa, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya pada Jumat (5/3) kemarin.
Tim medis BKSDA Aceh drh Rosa Wahyuni, Sabtu, mengatakan nekropsi dilakukan guna mengetahui sebab kematian gajah jantan muda itu. Menurut hasil pemeriksaan awal kematian diduga akibat infeksi berat karena terjerat seling di bagian kaki kiri depan.
"Dikarenakan luka terjeratan seling tersebut telah lama terjerat di kaki satwa, mengakibatkan satwa mengalami kesakitan yang hebat, sehingga dia tidak bisa bergerak bebas mencari pakan dan minum sehingga mengakibatkan tubuhnya nampak kurus," kata Rosa.
Kemudian, lanjut Rosa, untuk sementara hasil nekropsi, diagnosanya secara makro, gajah nampak sangat kurus, kemudian jaringan di bawah kulit sangat kering dan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik selain luka serius di bagian kaki kiri depan.
Luka tersebut menurut dia juga memperburuk kondisi imun satwa, sehingga menyebabkan penyebaran bakteri dari infeksi luka yang terjadi itu lebih cepat ke tubuh sehingga mengakibatkan bakterimia yang berujung pada kematian.
"Jadi, kita menduga satwa ini mati karena infeksi berat yang terjadi pada lukanya," kata Rosa.
Selain it, tim medis BKSDA Aceh juga membawa sejumlah sampel untuk diperiksa kembali di laboratorium guna mempertegas diagnosa penyebab kematian, berupa organ hati, paru, jantung usus dan limpa.
Advertisement