Pentingkah Sawit Bagi Indonesia?

Jalur diskusi dipilih gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) Riau untuk menyelesaikan polemik ujian sekolah dasar di Kabupaten Kampar yang berbau kampanye negatif sawit.

oleh M Syukur diperbarui 13 Jun 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2021, 07:00 WIB
Ketua Gapki Riau Jatmiko K Santosa memberikan pemahaman tentang komoditas sawit yang menjadi andalan Indonesia saat pandemi Covid-19 kepada tenaga pendidik di Kabupaten Kampar.
Ketua Gapki Riau Jatmiko K Santosa memberikan pemahaman tentang komoditas sawit yang menjadi andalan Indonesia saat pandemi Covid-19 kepada tenaga pendidik di Kabupaten Kampar. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Jalur diskusi dipilih Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau untuk menyelesaikan polemik ujian sekolah dasar di Kabupaten Kampar yang berbau kampanye negatif sawit. Asosiasi ini memilih edukasi ke pihak sekolah agar semua tahu manfaat sawit.

Saat bersosialisasi dengan pihak SD V di Kecamatan Siak Hulu itu, Ketua Gapki Riau Jatmiko K Santosa menyebut kedatangannya sekaligus menerangkan tentang praktik budidaya sawit baik berkelanjutan.

"Ada begitu banyak mitos dan misleading informasi yang beredar terkait sawit, ini menjadi tugas kita mensosialisasikan kepada tenaga pendidik yang membangun generasi muda," kata Jatmiko, Jumat petang, 11 Juni 2021.

Menurut Jatmiko, munculnya pertanyaan berbau kampanye negatif sawit dalam naskah ujian tersebut merupakan tanggung jawab seluruh stakeholders kelapa sawit, termasuk para pengusaha. Jatmiko tak ingin menyalahkan guru pembuat soal itu.

"Sama sekali kami tidak menyalahkan tenaga pendidik, ini kewajiban bersama para pelaku di industri sawit memberikan informasi yang benar kepada seluruh stakeholders," terang Jatmiko.

Dalam pertemuan itu, Jatmiko menyinggung materi soal ujian yang menyebut dampak negatif sawit adalah boros air. Jatmiko menyatakan itu tidak sesuai dengan fakta yang ada.

"Faktanya tanaman paling rakus dalam mengkonsumsi air dalam bioenergi yang dihasilkan adalah rapeseed, disusul oleh kelapa, ubi kayu, jagung, kedelai, dan bunga matahari," tegas Jatmiko.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Turunan Sawit

Perkebunan sawit di Provinsi Riau.
Perkebunan sawit di Provinsi Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Jatmiko menyebutkan, boros atau tidaknya suatu tanaman dalam menggunakan air harus diukur dengan produktivitas dan bioenergi yang dihasilkannya. Faktanya, kelapa sawit termasuk tanaman yang paling hemat menggunakan air setelah tebu.

Jatmiko menambahkan, saat ini manusia saat ini tidak dapat lepas dari produk turunan sawit. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, sawit dan turunannya membantu kehidupan manusia.

"Pakaian, sabun, pasta gigi, deterjen, sampo, kosmetik, margarin, mayonaise, minyak makan, bahkan sampai dengan BBM. Bahkan saat ini, kandungannya dapat menjadi penguat imun tubuh yang sangat berguna di masa pandemi Covid-19," sebut Jatmiko.

Sementara itu, tambah Jatmiko, para guru yang mendengarkan pemaparan meminta Gapki secara rutin bersosialisasi dan mengedukasi masyarakat. Dengan demikian, informasi negatif yang banyak beredar tentang sawit dapat diluruskan.

"Kami akan mengagendakan pertemuan dengan kepala dinas pendidikan setempat untuk menyampaikan aspirasi guru agar kelapa sawit dapat menjadi materi dalam muatan lokal," tutur pria yang juga merupakan CEO PTPN V itu.

Dalam kesempatan tersebut, Jatmiko didampingi oleh Wakil Ketua Gapki Riau Rurianto dan Sekjen Ketut Sukarya beserta beberapa ketua kompartemen, juga menyerahkan puluhan buku berjudul mitos dan fakta kelapa sawit.

"Ini tugas kita bersama, baik dari kami Gapki maupun seluruh stakeholder agar menguatkan sinergi sehingga anugerah Allah yang diberikan kepada Indonesia yakni perkebunan sawit mampu mengangkat ekonomi masyarakat," urainya.

Kontribusi Sawit Riau

Selama ini, kelapa sawit menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia di tengah badai pandemi Covid-19. Sepanjang 2020, Indonesia menghasilkan 51,58 juta sawit dan berkontribusi terhadap perolehan devisa negara hingga mencapai Rp321,5 Triliun atau 12,86 persen dari total ekspor Indonesia.

Selain menjadi penyumbang devisa negara, industri kelapa sawit juga terbukti berkontribusi menuntaskan kemiskinan dengan menciptakan 16,2 juta lapangan pekerjaan baru di Tanah Air.

Sementara di Riau, industri sawit telah membuka lebih dari 600 ribu lapangan kerja. Berikutnya setengah juta lebih kepala keluarga di Bumi Lancang Kuning menjadi petani sawit.

"Dari Riau sendiri, mampu menyumbang 40 persen dari total ekspor sawit nasional. Terbesar dibandingkan provinsi lainnya, maka dengan informasi yang benar kepada seluruh stakeholders, kami yakin sawit Riau dapat lebih maju," tegas Jatmiko.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya