Liputan6.com, Tasikmalaya Gerakan penghijauan lahan yang dicanangkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, melalui program gerakan tanam dan pelihara 50 juta pohon memasuki tahap akhir. Bagaimana capain program itu yang ditarget hingga akhir tahun ini?
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan mengatakan, progres pelaksanaan program itu sesuai dengan rencana yang dibebankan kang Emil sapaan Gubernur Ridwan Kamil.
“Sesuai data aplikasi yang kami terima sudah 37 juta pohon, insyaalloh tercapai sesuai yang ditarget sampai Desember 2021,” ujarnya, di sela-sela penghijauan penanaman bibit tanaman bersama PGE Area Karaha di lahan kritis kawasan Hutan Karaha, Tasikmalaya, Rabu (4/8/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, sesuai dengan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup 2018, wilayah Jawa Barat menyimpan lubang besar tingginya lahan kritis di wilayah Tatar Pasundan.
“Total lahan kritis Jawa barat itu ada 901.017 ribu hektare, dari sekian itu sekitar 600 ribu hektare di luar kawasan hutan, sisanya ada sekitar 300 ribuan ada di kawasan hutan,” papar dia.
Beberapa daerah dengan luasan lahan kritis terbesar di Jawa Barat terdapat di wilayah Sukabumi dan sekitarnya, sementara untuk wilayah Priangan Timur yang membawahi Garut, Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Kota Banjar dan Pangandaran, luasan lahan kritis terbilang rendah.
“Mungkin terbantu karena ada habbit atau kebiasaan masyarakatnya untuk menanam pohon sudah bagus,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Target Tutupan Hutan
Di wilayah Priangan Timur ujar Epi, masyarakat terbiasa untuk menanam pohon produktif dengan usia yang tidak terlalu lama, hingga memberikan nilai ekonomis menjanjikan.
“Di tasik, di Ciamis tanam pohon itu seperti menjual tahu bulat, silahkan perhatikan di motor, di mobil bak sengon, sengon itu (berjualan) karena ada nilai tambah,” kata dia.
Namun meskipun demikian, budaya untuk menanam pohon untuk menghijaukan bumi harus tetap terjaga, agar potensi cadangan air tanah termasuk kelestarian alam tetap terjaga.
“Indeks kualitas air, indeks kualitas udara kalau hutannya gak ada ya gak bagus, jadi hutan dulu yang harus lebih baik,” kata dia.
Untuk menekan luasan lahan kritis yang ada, lembaganya gencar melakukan sosialisasi termasuk melakukan penghijauan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat Jawa Barat.
“Tahun lalu kami ditargetkan indeks tutupan di 40 persen namun hasilnya di 2020 tercapai 45 persen tutupan lahan,” kata dia.
Dengan capaian itu, Epi berharap luasan lahan kritis di wilayah Jawa Barat terus berkurang, berubah menjadi lahan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Peta (lahan kritis) ini dibuatnya oleh Kementerian (Lingkungan Hidup), jadi kita menunggu evaluasi dari kementrian, namun di 2020 alhamdulillah terjadi penurunan lahan kritis,” ujar dia.
Dalam penghijauan itu, PGE area Karaha menyerahkan secara simbolis 6.000 bibit pohon ganitri, 1.000 bibit alpukat jenis aligator, 12kg bibit bunga matahari serta 20 ton pupuk kandang, kepada masing-masing perwakilan untuk selanjutnya diberikan kepada perwakilan Kelompok Tani Hutan Subur Makmur dan Kelompok Tani Hutan Wargi Saluyu sebagai perwakilan masyarakat setempat
Advertisement