Liputan6.com, Tarakan - Kericuhan yang terjadi saat aksi unjuk rasa di Tahun DPRD Kota Tarakan, pada Kamis (24/02/2022) disebabkan gagalnya para pengunjukrasa masuk menemui Ketua dan anggota dewan. Atas kekecewaan tersebut, aksi saling dorong antara pengunjukrasa yang merupakan gabungan dari berbagai elemen mahasiswa dengan aparat kepolisian pun tak terhindarkan.
Bahkan, aksi tersebut sempat memanas saat saat beberapa mahasiswa terdorong dan jatuh, hingga beberapa diantara mahasiswa sempat membakar ban bekas. Aksi yang dilakukan lebih dari empat jam tersebut pun akhirnya tidak menemui titik terang.
Padahal saat aksi berlangsung beberapa anggota dewan sempat menemui dan mempersilahkan perwakilan aksi untuk masuk dan menyampaikan aspirasi di dalam kantor.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sudah turun tadi melihat dan mengajak mereka (mahasiswa) untuk masuk, kami inginkan 20 perwakilan masuk untuk menyampaikan aspirasi, tapi tidak ada yang naik ke kantor," kata Yulius Dinandu, Wakil Ketua DPRD Tarakan.
Namun, mahasiswa menolak karena yang diperbolehkan masuk hanya perwakilan saja. Kemudian, mahasiswa meminta agar penyampaian aspirasi dilakukan di aspal (jalan) tempat unjuk rasa berlangsung.
Sementara itu, terkait tidak hadirnya Ketua DPRD Kota Tarakan Al Rhazali seperti tuntutan pengunjuk rasa, Yulius menyebut pimpinannya itu sedang positif Covid-19.
"Dan kenapa pak Al Rhazali tidak hadir pada saat ini, pagi tadi antigen dan mohon maaf dengan penuh rasa hormat, ketua kami positif omicron," pungkasnya.
Simak juga video pilihan berikut
Demo Ricuh
Sebelumnya Aksi unjuk rasa digelar berbagai elemen mahasiswa di Kantor DPRD Kota Tarakan nyaris berujung ricuh. Pengunjukrasa dari berbagai elemen mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Rakyat Kecil Tarakan tersebut, terlibat aksi saling dorong dengan aparat kepolisian, di depan pintu masuk Kantor DPRD Kota Tarakan.
Bahkan, beberapa pengunjukrasa yang memaksa menembus pengawalan ketat polisi sempat berjatuhan akibat saling dorong. Selain itu, para pengunjukrasa yang berusaha menembus barikade pengawalan polisi untuk masuk ke kantor dewan, sempat membakar ban bekas.
Namun, guna menghindari adanya bentrok fisik aparat kepolisian menghimbau agar pengunjukrasa menyampaikan aspirasi dengan tertib dan kondusif. Sementara itu, para pengunjukrasa pun meminta agar perwakilan dari DPRD Kota Tarakan dapat menerima kedatangan mereka, hingga dapat menyampaikan aspirasinya.
"Kami datang ke sini hanya untuk bertemu dengan anggota dewan, yang katanya wakil rakyat. Bukan untuk dibentrokkan dengan aparat kepolisian," orasi salah seorang mahasiswa yang disampaikan saat unjuk rasa.
"Tunjukan kepada kami bukti yang telah dikerjakan para wakil rakyat di Tarakan selama dua setengah tahun kinerjanya. Dan apa yang telah diperbuat untuk kepentingan rakyat banyak," sambung sang orator.
Setelah hampir dua jam menunggu dan berorasi, akhirnya mahasiswa yang berunjukrasa ditemui oleh perwakilan dari DPRD Tarakan. Namun, perwakilan dari pengunjukrasa enggan masuk menemui anggota dewan, karena ingin seluruhnya masuk menemui wakil rakyat tersebut, untuk menyampaikan aspirasinya.
Advertisement