Liputan6.com, Bandung - Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung Teguh Rahayu mengatakan, curah hujan tertinggi untuk wilayah Bandung raya diprediksi terjadi pada Maret ini. Kondisi ini masih berlangsung hingga April dan mulai menurun pada Mei nanti.
Baca Juga
Advertisement
Potensi-potensi kejadian bencana hidrometeorologi pun patut diwaspadai, dari mulai hujan disertai angin kencang, hujan es, banjir genangan maupun bandang, angin puting beliung, hingga tanah longsor.
"Puncak musim hujan untuk wilayah Bandung Raya terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2022. Namun demikian, curah hujan normal Bandung raya menunjukan bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret (290 mm)," katanya kepada Liputan6.com lewat pesan tertulis, Selasa (15/3/2022).
Teguh menyampaikan, ada sejumlah faktor memengaruhi kondisi cuaca saat ini, terutama akibat Monsun yang masih kuat di wilayah Bandung raya. Selain itu, gerak semu matahari yang berada di ekuator dan menuju ke utara, sehingga suhu muka laut (SST) di wilayah Jawa Barat menjadi hangat, maka kelembapan udara (RH) menjadi tinggi.
"Variasi dari monsun, SST, dan labilitas atmosfer lokal menyebabkan wilayah Bandung raya yang berada di dalam cekungan menjadi daerah pertumbuhan awan hujan (Cb) yang aktif," ujar Teguh.
Teguh mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi meningkatnya kejadian hidrometeorologi. Perubahan kondisi atmosfer, katanya, masih sangat dinamis.
"Bagi masyarakat di perkotaan, apabila terlihat cuaca mendung, maka segera berlindung di dalam gedung yang kokoh, hindari berlindung di bawah pohon atau tempat yang terbuka lainnya," katanya.
"Bagi masyarakat yang tinggal di dataran rendah, waspadai potensi terjadinya banjir genangan. Dan bagi masyarakat yang berada di wilayah perbukitan, tingkatkan kewaspadaan terhadap adanya potensi longsor dan angin kencang," ujar Teguh menambahkan.