Liputan6.com, Berau - Ditutupnya ekspor oleh pemerintah pusat pada April lalu menyisakan dampak yang tidak mengenakkan bagi petani kelapa sawit. Meski kemudian sejak Mei 2022, keran ekspor sudah kembali dibuka.
Dampak yang dirasakan sekarang merosotnya harga sawit per kg hingga di bawah 1000 per kg, akibat belum jelasnya pasar Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia di internasional.
Kondisi itu juga menimbulkan pembatasan pembelian sawit oleh pabrik kelapa sawit sejak medio Juni lalu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Salah satu pemilik suplier pabrik, Akbar Patompo, saat ini telah dilakukan pembatasan pembelian sawit setiap harinya.
Advertisement
Baca Juga
Pembatasan itu karena tanki tempat penyimpanan minyak CPO di berbagai perusahaan sudah mulai penuh.
"Mayoritas pembatasan pabrik yang ada di Berau ini, karena mereka menunggu harga bagus untuk menjual CPOnya. Jadi ditampung lah CPO ini di tangki-tangki yang ada. Karena tangki ini mau penuh, dilakukanlah pembatasan," jelasnya.
Rerata kata dia, dalam sehari dilakukan pembatasan setiap 1 SPK koperasi 15 sampai 20 ton saja. Sementara yang umum setiap harinya buah sawit hasil panen masyarakat Berau mencapai 500 ton.
Hal ini menimbulkan antrean di banyak perusahaan sawit. Termasuk perusahaan sawit tempatnya bekerja.
Dari beberapa kampung yang didampinginya, terpaksa harus menjual ke Wahau, Kutai Timur. Karena, jika menjual di Berau, bisa sampai 3 hari mengantre akibat menunggu giliran membongkar sawit.
"Misalnya kita ada masuk 200 ton. Yang dibongkar hanya 20 ton. Sisanya, di bongkar lagi besok 20 ton begitu seterusnya. Dan ini kami belum tahu sampai kapan terjadi terus seperti ini," katanya.
Simak video pilihan berikut:
Berharap Dibeli Cepat
Dari masyarakat banyak berharap, perusahaan yang memiliki pabrik sawit dapat tetap menjual CPO. Meskipun harga CPO sekarang murah, petani tidak masalah dibeli sawitnya juga dengan harga murah.
"Asal buah ini jangan ditahan. Karena buah sawit ini harus rutin dipanen ketika waktunya tiba. Kalau busuk di pohon, itu akan merusak tanaman, karena berubah menjadi racun," jelasnya.
Dirinya pun berharap, perusahaan sawit baik PT KLK Group, PT NPN, maupun perusahaan lainnya di wilayah Segah dan sekitarnya, dapat mengakomodir sawit-sawit milik masyarakat.
Dirinya juga berharap, pemerintah daerah mendorong berdirinya pabrik sawit baru di Kabupaten Berau, supaya menjadi solusi bagi persoalan yang dihadapi petani sawit sekarang.
"Kita juga berharap ada pabrik baru juga di sini, supaya jadi solusi," pungkasnya.
Advertisement