Kuliner Legendaris dari Solo Ini Tercipta Sejak Zaman Pendudukan Belanda dan Jepang

Tak hanya legendaris, ternyata tiga kuliner Solo tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Agu 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 17:00 WIB
Selat Legendaris Mbak Lies Solo
Selat Legendaris Mbak Lies Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kota Solo menyimpan banyak makanan khas yang menjadi favorit banyak orang. Sebut saja tengkleng, timlo, dan selat solo.

Tak hanya legendaris, ternyata tiga kuliner Solo tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Karena sudah ada sejak lama, masing-masing dari sajian ini pun memiliki sejarahnya sendiri.

1. Tengkleng

Zaman dahulu, di kota Solo hanya para bangsawan dan orang-orang Belanda saja yang bisa menikmati olahan masakan daging kambing. Saat itu, masyarakat Solo kesulitan mencari dan mendapatkan bahan makanan.

Agar tetap bisa bertahan hidup, masyarakat pun mengolah limbah bahan pangan menjadi makanan. Limbah makanan yang tersisa ialah bagian tulang belulang, kepala, kaki, dan jeroan.

Masyarakat kota Solo yang mayoritas merupakan pekerja dan tukang masak pun mengolah limbah tersebut menjadi makanan yang disebut tengkleng. Tengkleng adalah masakan sejenis sup dengan bahan utama tulang kambing.

Tengkleng memiliki penampilan yang mirip dengan gulai. Hanya saja tengkleng memiliki kuah yang lebih sedikit dan cenderung lebih encer.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Timlo

2. Timlo

Pada masa kolonial Belanda, timlo merupakan makanan yang dijajakan oleh pedagang Tionghoa. Para pedagang tersebut menjajakan timlo dengan menggunakan pikulan.

Saat itu, timlo dikenal dengan nama kimlo, yakni sup bening dengan komponen sosis solo, telur pindang, kembang tahu, wortel, hati ampela, serta taburan daging ayam, atau sapi. Timlo biasa disantap dengan perasan jeruk nipis sebagai pendamping nasi.

3. Selat

Setiap ada pertemuan di Benteng Vastenburg, Jenderal Belanda dan Sultan memiliki perbedaan selera jamuan makan. Jenderal Belanda menginginkan hidangan berupa steak, sedangkan Sultan lebih menyukai nasi dan sayuran.

Akhirnya, juru masak pun memadukan dua keinginan tersebut menjadi hidangan yang disebut selat solo. Selat solo berisi komponen daging sapi has luar yang direbus dalam kuah encer.

Kuahnya terbuat dari bawang putih, cuka, kecap manis, kecap inggris, dan beragam sayuran, seperti buncis, kentang, tomat, selada, mentimun, kol, brokoli, dan wortel. Tak lupa taburan keripik kentang dan mayones menjadi pelengkap sajian tersebut.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya