Menelusuri Penyebab Mitos Alas Roban yang Identik dengan Keangkeran

Ada dua cerita yang menjadi kambing hitam keangkeran jalur tengkorak Alas Roban

oleh Tifani diperbarui 16 Sep 2022, 03:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2022, 03:00 WIB
[Bintang] Jalan Ini Lebih Bikin Merinding Ketimbang Tol Cipali
Alas Roban | Via: google.com

Liputan6.com, Semarang - Jalur Alas Roban merupakan sebuah jalan di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa. Jalan ini menghubungkan kawasan-kawasan di pesisir Jawa, mulai dari Banten hingga Banyuwangi.

Jalur ini dipenuhi tanjakan curam, sehingga cukup sering memakan korban. Tingginya angka kecelakaan yang terjadi di jalur ini, membuat masyarakat sekitar menamainya sebagai jalur tengkorak.

Jalur yang berada di Gringsing, Kabupaten Batang ini dikenal sebagai salah satu jalanan paling angker di Jawa Tengah. Penamaan jalur angker ini bukan tanpa alasan, jalur ini dinilai cukup menyeramkan karena di sisi kanan dan kirinya dihiasi jajaran pohon jati yang tinggi menjulang.

Jalur alas roban memang dibangun membelah hutan dengan kelokan yang cukup tajam. Sejumlah rambu-rambu lalu lintas dan lampu penerangan sudah dipasang, tetapi tidak dapat menghilangkan kesan angker yang melekat di sepanjang jalanan ini.

Ada dua cerita yang menjadi kambing hitam keangkeran jalur tengkorak ini. Konon jalur ini angker karena pembantaian massal atas kerja paksa masa pemerintahan Daendels.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Keangkeran Semakin Menjadi

Jalur Alas Roban merupakan salah satu titik Jalan Raya Pos yang menjadi megaproyek Daendles semasa Pemerintahan Hindia Belanda. Pembangunan Jalan Raya Pos memakan banyak korban karena kerja paksa.

Banyak masyarakat pribumi yang meninggal karena sakit malaria, kelelahan, maupun kelaparan. Konon jenazah para pekerja Jalan Raya Pos ikut dikubur di bawah proyek ambisius ini.

Keangkeran Jalur Alas Roban semakin menjadi-jadi, setelah Alas Roban digunakan sebagai tempat pembuangan jenazah korban penembak misterius (petrus) sekitar tahun 1980 an. Endah Sri Hartatik dalam bukunya Dua Abad Jalan Raya Pantura (2020) menulis masyarakat sekitar kerap menemukan karung goni berisi mayat-mayat manusia dan sejumlah uang yang digunakan menguburkan mayat-mayat tersebut.

Dari dua peristiwa tersebut, muncul adanya dugaan arwah para korban kerja paksa hingga peristiwa Petrus ini bergentayangan dan menghantui siapa pun yang melintasi Jalur Alas Roban. Tidak heran banyaknya kecelakaan yang dialami para pengemudi saat melintas jalur angker ini dihubungkan dengan cerita mistis.

Kecelakaan lalu lintas ini dianggap sebagai tumbal atau bentuk balas dendam arwah-arwah penasaran dari korban tersebut. Keangkeran Jalur Alas Roban ini pernah membuat para sopir bus malam gentar di tahun 90-an.

Hingga banyak sopir bus malam yang enggan berhenti untuk menaikturunkan penumpang di sekitar jalur tengkorak ini. Salah satu cara yang cukup terkenal untuk "memaksa" para sopir bus malam berhenti di jalur ini adalah dengan menyulut korek api.

Konon api dari korek ini lah yang membedakan apakah manusia asli atau makhluk lain yang ingin menaiki bus dijalur ini. Meskipun secara logika keberadaan api dari korek dapat bertujuan agar calon penumpang dapat terlihat oleh sopir bus, di tengah gelapnya hutan jati dan minimnya penerangan di masa itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya