Investasi Garut Lesu Terhambat Resesi Global

Hadirnya perang Rusia-Ukraina yang menjadi salah satu produsen beberapa bahan pokok pangan dunia seperti gandum, jagung termasuk sumber energi di negeri Rusia, ikut memperburuk kondisi perekonomian global saat ini.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 27 Nov 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2022, 09:00 WIB
Capaian kinerja investasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat tahun ini, terhambat faktor resesi global akibat perang terbuka Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga kini. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Capaian kinerja investasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat tahun ini, terhambat faktor resesi global akibat perang terbuka Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga kini. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Capaian investasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat tahun ini, terhambat faktor resesi global akibat perang terbuka Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga kini.

“Belum lagi sebelumnya masyarakat dunia terkena dampak Covid-19, itu saja belum pulih ini hadir lagi soal perang Rusia-Ukraina,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPST) Garut, Wahyudijaya, Kamis (24/11/2022).

Menurutnya, perlambatan ekonomi dunia saat ini yang diakibatkan perang Rusia-Ukraina serta resesi global, ikut berdampak pada kinerja investasi secara nasional termasuk di Garut.

Tercatat hingga September lalu, capaian investasi yang masuk di kota Intan Garut, baru mencapai Rp711 miliar dari target awal di angka Rp1,49 triliun tahun ini.

“Tapi kami masih bersyukur toh minat mereka untuk berinvestasi di Garut masih tinggi,” ujar dia.

Hadirnya perang Rusia-Ukraina yang menjadi salah satu produsen beberapa bahan pokok pangan dunia seperti gandum, jagung termasuk sumber energi di negeri Rusia, ikut memperburuk kondisi perekonomian global saat ini.

“Pabrik Changsin sebagai pemasok manufaktur untuk sepatu ke beberapa negara eropa mulai mengurangi jam kerja, karena permintaan global sepi,” kata dia.

Saat ini masyarakat dunia ujar dia, termasuk yang menjadi wilayah tujuan ekspor barang dari Garut seperti Eropa dan Amerika, lebih fokus untuk pemenuhan kebutuhan pangan dibanding sektor lain.

“Dampaknya pesanan dari sana berkurang, tapi Alhamdulillah di Garut belum ada pemutusan tenaga kerja,” ujar dia.

Wahyu menilai kondisi itu, tidak hanya berlaku di Garut, namun terjadi pula di beberapa daerah tujuan investasi nasional di wilayah Jawa Barat.

“Saya dapat informasi untuk target (investasi) di Bekasi saja yang awalnya Rp64 triliun, ternyata baru realisasi Rp38 triliun, memang tekanan global cukup berat,” ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Faktor Pendukung

Salah satu jenis usaha mikro warga Garut, yang tetap hidup di tengah gemburan covid-19 dan resesi global saat ini. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Salah satu jenis usaha mikro warga Garut, yang tetap hidup di tengah gemburan covid-19 dan resesi global saat ini. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kepala Penanaman Modal DPMPST Garut Heri Hermansyah, menambahkan hingga 21 September lalu, total capaian  investasi yang masuk ke Garut berdasarkan penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) mencapai 21.053 unit.

“Itu untuk seluruh sektor usaha yang masuk, kami belum identifikasi satu-satu sektor apa saja itu,” kata dia.

Namun berdasarkan besaran usaha, sebanyak 20.934 unit usaha masuk jenis usaha mikro dan kecil (UMK), sedangkan sisanya sebanyak 119 unit masuk sektor non UMK.

“Sedangkan jika berdasarkan asal modal yang masuk yakni PMND (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebanyak 21.050 dan PMA (Penanaman Modal Asing) 3 perusahaan,” kata dia.

Namun meskipun demikian, Heri menilai geliat investor masuk ke Garut cukup baik dengan hadirnya beberapa perusahaan yang menyatakan minat berinvestasi di di Garut.

“Yang penjajakan ada investor kulit dari Italia, kemudian juga NVISION perusahaan pembangkit listrik penjajakan sudah 60 persen, termasuk perusahaan pertanian Shine Victory Agricultural Corporation dari provinsi Chongnam, Korea Selatan,” papar dia.

Beberapa hal yang menarik minat investor datang ke Garut yakni hadirnya reaktivasi kereta api, kemudian rencana pembangunan jalan tol, termasuk revisi RTRW dan turunannya mengenai rencana kawasan industri di Garut.

“Yang sudah jelas ada 4 kecamatan kawasan industri yang sudah disiapkan yakni Selaawi, Limbangan, Cibatu dan Leles, plus tenaga kerja yang masih murah,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya