Liputan6.com, Jakarta - Kalender Hijriah yang dirilis Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) RI, malam Nisfu Syaban jatuh antara Selasa dan Rabu, 7-8 Maret 2023. Malam Nisfu Syaban menjadi sangat spesial karena punya banyak keutamaan, selain juga penanda sebentar lagi akan datang Ramadan. Rasulullah dalam hadis riwayat ‘Aisyah menganjurkan supaya memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban ketimbang bulan-bulan lainnya.
Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah Agus Tri Sundani, seperti dikutip dari laman Muhammadyah.or.id, Senin (6/3/2023) mengatakan, Rasulullah memperbanyak puasa sunnah pada bulan Syaban, melakukan Puasa Daud, puasa Senin-Kamis.
Advertisement
"Memperbanyak puasa di bulan ini sangat efektif mempersiapkan bulan Ramadan," katanya.
‘Aisyah bahkan menyebut Nabi Muhammad berpuasa sebulan penuh disambung dengan bulan Ramadan sebagaimana diriwayatkan melalui jalur Abu Salamah maupun dari jalur Abdullah bin Abi Qays.
Anjuran memperbanyak puasa sunnah lebih-lebih karena kemuliaan bulan Syaban yang di dalamnya terdapat malam pertengahan (Nifsu Sya’ban) di mana amal manusia diangkat ke langit Allah Swt.
"Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadhan, bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa," begitu penjelasan Rasulullah melalui hadis riwayat Usamah bin Zaid RA.
Kendati Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umat Islam berpuasa, menurut Agus Tri Sundani, Nabi juga mewanti-wanti umat Islam untuk memahami kemampuan dirinya dalam mengadakan puasa sunnah. Jadi tidak berlebih-lebihan, bahkan cenderung memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan.
Perhatian itu dianggap penting sebab di bulan Ramadan seorang muslim diwajibkan berpuasa penuh selama 30 hari. Jika melaksanakan puasa penuh di bulan Syaban, dikhawatirkan seseorang merasa bosan dan terganggu keikhlasannya dalam menjalankan puasa Ramadan.
"Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadan dengan melakukan puasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa (dan waktu kebiasaan puasanya itu jatuh) pada hari itu, maka silahkan dia berpuasa pada hari itu," demikian penjelasan Nabi dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA.
Tidak Ada Ibadah Khusus
Selain puasa, umat muslim juga perlu memperbanyak ibadah salat dan beberapa amalan lainnya, seperti memperbanyak doa, memperbanyak ucapan dua kalimat syahadat, terutama di malam Nisfu Syaban. Memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Menempatkan diri serendah-rendahnya untuk mendapatkan ampunan dan pintu maaf dari Allah.
Sementara itu untuk ibadah khusus di malam Nisfu Sya’ban, Agus Tri Sundani melanjutkan, bahwa Muhammadiyah tidak mengenal ibadah khusus meski terdapat banyak hadis yang menyinggung keutamaan malam itu.
Menurutnya, umat muslim boleh melakukan ibadah apapun tanpa mengkhususkan satu bentuk ibadah tertentu.
"Kan banyak tradisi kalau malam Nisfu Syaban berkumpul di masjid lalu baca Yasin sekian, itu tidak pernah disyariatkan ada acara semacam itu, tapi bagi sebagian ulama itu adalah malam yang di mana diangkat semua pahala, sehingga kita sebaiknya memperbanyak amal," kata
Dari hadis Abu Tsa’labah dan Abu Musa, Rasulullah menyebutkan bahwa Allah memberi ampunan di malam Nisfu Syaban kecuali bagi orang musyrik dan pendengki.
"Sekali lagi, peringatan-peringatan itu dalam Muhammadiyah memang tidak ada acara-acara khusus, tapi yang jelas amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah adalah memperbanyak puasa, karena memang kita bersiap menjalani Ramadan," katanya.
Advertisement