Liputan6.com, Tuban - Sepanjang bulan Ramadan, komplek Makam Sunan Bonang akan disuguhi pemandangan pembagian bubur suro Sunan Bonang. Berada di depan Masjid Astana, setiap sore, masyarakat sekitar atau peziarah akan antre untuk mendapatkan bubur tersebut.
Mengutip dari tubankab.go.id, bubur ini konon merupakan kuliner warisan turun-temurun yang sudah ada sejak zaman dahulu. Hingga kini, bubur suro Sunan Bonang masih dilestarikan, terutama selama bulan Ramadan.
Salah satu juru masak bubur suro Sunan Bonang bercerita, bubur suro ini merupakan perpaduan resep cita rasa ala Timur Tengah. Bubur ini hanya ada saat bulan Ramadan dan menjadi menu takjil untuk peziarah Makam Sunan Bonang dan masyarakat di sekitar lokasi.
Advertisement
Baca Juga
Bubur ini terbuat dari campuran rempah-rempah, seperti daun jeruk, serai, laos atau lengkuas, jahe, kunir atau kunyit, kencur, garam, kayu manis, dan santan dari kelapa tua. Terdapat bumbu resep rahasia lainnya yang tentu membuat sajian ini terasa khas.
Umumnya, para juru masak akan memasak sekitar dua loyang wajan besar setiap harinya. Setiap wajannya berisi 6 kilogram yang dimasak selama kurang lebih tiga jam. Cara memasaknya pun masih tradisional, yakni dengan menggunakan kayu bakar.
Para musafir yang berada di sekitar lokasi juga diperkenankan menikmati bubur ini sebagai sajian takjil. Karena dibuat dengan rempah kebuli ala Timur Tengah, bubur ini akan terasa hangat di perut saat disantap.
Oleh karena itu, sajian ini menjadi sangat cocok dan populer untuk dijadikan sebagai menu takjil. Banyak peziarah dan masyarakat yang tidak bingung mencari menu takjil karena bubur suro Sunan Bonang sudah menjadi menu tahunan yang selalu ada saat Ramadan.
(Resla Aknaita Chak)