Liputan6.com, Ciamis - Kolotik merupakan alat musik tradisional khas Ciamis. Alat musik ini lahir dari pengembangan sebuah benda yang sudah lebih dulu ada, yakni kolotok.
Mengutip dari Visit Ciamis, dahulu kolotok digunakan sebagai identitas atau tanda pengenal hewan. Masyarakat Cimaragas di Kabupaten Ciamis biasanya memasang kolotok di bagian leher sapi maupun kerbau.
Kolotok berbentuk seperti bandul dengan suara yang akan berbunyi jika kerbau atau sapi bergerak. Hal ini akan memudahkan para penggembala mengetahui posisi sapi dan kerbaunya.
Advertisement
Dalam perkembangannya, kolotok kemudian dikembangkan oleh masyarakat menjadi alat musik yang bisa dipentaskan, yakni kolotik. Tak seperti kolotok yang biasanya dibuat dari kayu atau bambu, kolotik terbuat dari kayu dan batok kelapa.
Baca Juga
Kolotik memiliki satu nada pentatonis Sunda yang khas, yaitu da-mi-na-ti-la-da. Kelahiran alat musik ini tak lepas dari peran duo Abah Nani dan Abah Latif dari Cimaragas pada 1960-an.
Keduanya terinspirasi dari kenangan saat menggembala dengan menggunakan kolotok sebagai hiasan pada hewan ternak. Adapun penamaan kolotok menjadi kolotik dipengaruhi oleh ukuran alat musik yang diperkecil. Bisa dikatakan bahwa nama kolotik merupakan singkatan dari kolotok leutik yang artinya kolotok kecil.
Seiring berjalannya waktu, kepopuleran kolotik pun menjadikan alat musik ini menjadi ikon Desa Beber di Ciamis. Kolotik juga telah memperoleh hak paten dari Pemerintah Kabupaten Ciamis sebagai alat musik tradisional yang memiliki nilai sejarah dan keunikan tersendiri.
Berbagai kegiatan pun telah digelar sebagai salah satu upaya untu menjaga dan melestarikan alat musik khas Kabupaten Ciamis ini. Dengan demikian, kolotik semakin dikenal dan dihargai sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Kehadiran kolotik pun semakin memperkaya budaya Indonesia yang perlu diapresiasi dan dijaga oleh generasi muda.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak