Warga Asal Bandung Terinfeksi Cacar Monyet, Simak Penyebab dan Cara Pencegahan Penularannya

Dinkes Kota Bandung diakui masih melakukan penelusuran riwayat penularan. Belum diketahui secara pasti dari mana pasien tersebut terinfeksi cacar monyet.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 01 Nov 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2023, 00:00 WIB
Cegah Penyebaran Cacar Monyet, Penumpang Bandara Soetta Diperiksa Suhu Tubuh
Informasi tentang cacar monyet atau monkeypox dipasang di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019). Cacar monyet merupakan penyakit langka yang disebabkan virus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Bandung - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung diakui tengah melakukan pemantauan kesehatan terhadap anggota keluarga yang serumah dengan seorang pasien cacar monyet atau monkeypox.

Sebelumnya dikabarkan, seorang warga asal Kota Bandung dinyatakan positif terinfeksi cacar monyet berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium RS Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, 27 Oktober 2023 lalu.

Pasien merupakan warga asli Kota Bandung, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 36 tahun. Saat ini, pasien dikabarkan masih berada di ruang isolasi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani menyampaikan, sampai 21 hari ke depan, pihaknya akan terus memantau anggota keluarga yang serumah dengan pasien, selain juga berusaha mencari kontak erat lainnya.

Di samping itu, Dinkes Kota Bandung diakui masih melakukan penelusuran riwayat penularan. Belum diketahui secara pasti dari mana pasien tersebut terinfeksi cacar monyet.

"Jadi, untuk penularannya belum tahu dari mana. Belum tahu juga apakah ada orang yang punya tanda atau gejala yang mirip dengan yang dia alami," kata Ira dalam keterangannya, Bandung, Selasa, 31 Oktober 2023.

 

Potensi Penularan Kontak Erat

Ira mengimbau, mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien monkeypox agar menghindari bersentuhan secara langsung.

Monkeypox, lanjut Ira, tidak hanya bisa menular dengan berhubungan seksual. Selama seseorang melakukan sentuhan kulit dengan pasien monkeypox seperti bersalaman, potensi penularannya juga bisa terjadi.

Bahkan jika orang tersebut pernah terkena cacar air, bukan berarti ia kebal terhadap cacar monyet atau monkeypox.

"Kalau masalah jenis virus, ini ortopox. Kalau misal ada yang sudah pernah kerna cacar air, dia masih bisa tertular cacar monyet," ucapnya.

Oleh karena itu, demi bisa memutuskan mata rantai penularan, Ira mengimbau agar masyarakat tetap menjaga jarak, menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), serta rajin cuci tangan.

"Kalau harus mengurus orang-orang dengan monkeypox, bisa pakai handscoon, tidak bersentuhan kulit dengan kulit secara langsung. Setelah itu langsung cuci tangan," tuturnya.

"Tingkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Barang-barang tidak dipakai bersama, tidak tidur dan makan bersama," lanjutnya.

Selain itu, pasien juga bisa turut berupaya mencegah penularan di antaranya dengan menggunakan baju lengan panjang, selama tidak tergesek kulit guna menghindari infeksi sekunder.

"Sebab kalau kena lesinya itu, penularannya bisa lebih cepat. Kalau kulit keropengnya yang terbang lalu menempel di kulit orang, itu bisa menular juga tapi sebenarnya harus dalam jumlah banyak,” akunya.

 

Tetap Tenang

Masyarakat diimbau tenang dengan adanya kasus positif monkeypox di Kota Bandung. Masyarakat diimbau mengenali sejak dini tanda-tanda dan kecurigaan monkeypox.

"Kalau ada demam apalagi ada pembesaran kelenjar getah bening atau sesekeleun. Bisa dicari di belakang kuping, bawah rahang bawah, tulang selangka (di dada), dan di lipat paha. Meski benjolannya hanya segede kacang, itu tetap diwaspadai," katanya.

Lalu, jika sudah timbul lesi yang di dalamnya terdapat nanah, serta tengahnya ada titik seperti menyerupai donat. Maka, segera ke faskes terdekat.

"Ikuti terus perkembangan info mengenai monkeypox di channel resmi Kementerian Kesehatan. Jangan termakan hoaks. Nanti ada stigma dan diskriminasi. Takutnya pasien jadi tidak mau cek kesehatannya ke faskes," katanya.

Ira menyebutkan, monkeypox sebenarnya mirip cacar air. Bisa dinyatakan sembuh jika sudah tidak menularkan lagi. Seperti keropengnya sudah rontok dan hanya tersisa bekas. Penularannya pun melalui skin to skin.

"Bedanya kalau cacar air itu isinya air. Sedangkan monkeypox ini isinya nanah. Kalau sudah tidak ada keluhan yang sangat menggangu, bisa 2 minggu sembuh. Tapi, kalau imunnya rendah, bisa lebih lama," tandas Ira.

 

Kondisi Pasien di RSHS

Ketua Tim Penyakit Infeksi Menular Khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, Jawa Barat, Yovita Hartantri, mengatakan, gejala yang dialami pasien cacar monyet di Kota Bandung masuk kategori ringan.

Perawatan pasien pria berusia 36 tersebut hanya melibatkan dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin. Dokter yang merawat hanya memberikan obat-obatan luar tubuh seperti salep (topikal) dan pereda nyeri (simptomatik).

Pemberian obat tersebut ucap Yovita, selain berdasarkan diagnosa medis saat dirujuk ke rumah sakit milik Kementerian Kesehatan itu, pasien Mpox itu mengeluhkan rasa nyeri dan gatal di tubuhnya.

"Untuk anti virus akan diberikan kepada pasien dalam kondisi berat mungkin diperlukan. Sekarang ini obat antivirus (Mpox) belum tersedia di rumah sakit kami," ungkap Yovita, Bandung, Selasa, 31 Oktober 2023.

Yovita menerangkan gejala awal pada pasien tersebut berupa demam, tidak enak badan, nyeri otot, sendi seperti pada infeksi virus pada umumnya. Disusul pada dua hari kemudian muncul ruam, dimulai dari daerah wajah, badan dan telapak tangan pada pasien cacar monyet atau Mpox itu.

Yovita mengatakan dengan perawatan di rumah sakit, maka pasien akan diketahui tingkat keparahan penyakit yang diderita terduga Mpox.

Jika kerusakan atau ketidaknormalan setiap bagian atau jaringan di dalam tubuh (lesi) sangat luas sangat banyak maka ditetapkan pasien terjangkit Mpox berat.

Selain tingkat lesi yang dilihat, Yovita menjelaskan keparahan penyakit Mpox ini dapat dilihat dari adanya infeksi yang mengganggu organ tubuh semisal hati dan ginjal.

"Pengobatannya yang terpenting kita sebut secara suportif gitu. Karena penyebabnya ini virus maka harus diberikan antivirus. Namun, pada kasus yang kami tangani saat ini tidak memerlukan obat anti virus karena kondisinya stabil," kata Yovita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya