Banjir Melanda Cimahi Utara, 28 Rumah Terendam 3 Rusak Berat

Banjir yang menerjang Kelurahan Cipageran dan Kelurahan Citeruep, Kecamatan Cimahi Utara, menyebabkan puluhan rumah terendam.

oleh Arie Nugraha diperbarui 08 Jan 2024, 09:38 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2024, 09:38 WIB
Ilustrasi banjir
Ilustrasi banjir. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 28 rumah terendam dan tiga diantaranya rusak berat akibat bencana alam banjir yang menerjang Kelurahan Cipageran dan Kelurahan Citeruep, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada 6 Januari 2024.

Menurut juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Andrie Setiawan, jumlah masyarakat yang terdampak banjir Cimahi secara keseluruhan dari dua kelurahan tersebut mencapai 126 orang dari 36 kepala keluarga.

"BPBD sudah mendistribusikan bantuan logistik dan air sudah surut pukul 22.17 WIB," ujar Andrie kepada Liputan6.com, di Bandung, Minggu (7/1/2024).

Banjir yang menimpa daerah tersebut akibat curah hujan tinggi sejak tengah hari di Kelurahan Cipageran menyebabkan adanya air berketinggian 120 Centimeter.

Andrie menyebutkan di Kelurahan Cipageran sebanyak 25 rumah terendam dan tiga diantaranya rusak berat.

"Jumlah masyarakat yang terdampak sebanyak 112 orang dari 33 kepala keluarga," terang Andrie.

Sedangkan di Kelururahan Citereup 14 orang dari tiga kepala keluarga terdampak bencana hidrometerologi akibat tiga rumah terendam air berketinggian antara 20-50 Centimeter.

Upaya yang telah dilaksanakan hingga saat ini jelas Andrie, BPBD Provinsi Jawa Barat terus berkoordinasi dengan BPBD Kota Cimahi.

"Kebutuhan mendesak untuk masyarakat antara lain tujuh paket sandang dan kebersihan, 10 lembar selimut dan peralatan mandi, 10 lembar handuk, 10 dus mie, air mineral, perlengkapan anak, dan sarung," jelas Andrie.

Kebutuhan lain masyarakat yang terdampak banjir ini yakni sarden kemasan, kornet, ember, gayung, minyak goreng, selaber lantai serta tikar.

Andri menegaskan BPBD Kota Cimahi telah melakukan pendataan kaji cepat ke lokasi kejadian dengan berkoordinasi dengan masing-masing Ketua Rukun Warga (RW) setempat.

"BPBD Kota Cimahi menghimbau kepada masyarakat agar waspada dan berhati-hati apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang," ungkap Andrie.

 

Data BPBD Cimahi

Berdasarakan hasil pantauan kaji cepat Tim Unit Reaksi Cepat (URC) BPBD Kota Cimahi, bencana banjir di Kelurahan Cipageran dan Citeuruep terjadi akibat debit air melebihi daya tampung drainase dipicu hujan dengan intensitas tinggi.

Mengutip surat keterangan resmi Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Cimahi, Rohmat, selain bencana banjir juga terjadi tanah longsor pada Sabtu, 06 Januari 2024 pukul 17.30 WIB.

"Lokasi di Gang Bapak Madi RT 04 RW 19 Kelurahan Cibabat Kecamatan, Cimahi Utara. Penyebab kejadian kontur tanah yang labil dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi," tulis Rohmat.

Akibat tanah longsor ini dua rumah mengalami kerusakan kategori sedang dengan jumlah masyarakat terdampak enam orang.

BPBD Kota Cimahi menghimbau kepada masyarakat agar waspada dan berhati-hati apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang.

"Saat ini kondisinya sudah aman tertangani. Bencana susulan berpotensi terjadi," jelas Rohmat.

Kebutuhan dasar yang mendesak dibutuhkan untuk korban tanah longsor ini berupa 50 lembar karung kapasitas 50 kg, air mineral, dan mie instan.

 

 

Prakiraan Cuaca Secara Umum

Prakiraan cuaca pada 6-7 Januari 2024 secara umum untuk skala global, nilai SOI, IOD, dan Nino tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

Saat ini MJO aktif pada kuadran 2 (Indian Ocean), menunjukkan kondisi yang tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

"Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diprakirakan aktif di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Kalbar bagian selatan, Maluku bag timur, dan Papua dalam sepekan ke depan," kata Rahayu.

Sementara itu gelombang atmosfer Kelvin juga aktif di sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian Utara dan Tengah, dan Papua hingga sepekan ke depan.

Sehingga sebut Rahayu, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

"Sirkulasi Siklonik terpantau di Perairan barat Kalimantan Barat dan Papua yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Laut China Selatan, Papua bagian utara dan tengah," ucap Rahayu.

Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari perairan selatan Kepulauan Bangka Belitung, Laut Filipina, Samudera Hindia barat daya Sumatera dan Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Sedangkan daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Laut Cina Selatan barat Kalimantan Barat, dari laut bana hingga NTT, Pulau Jawa dan Perairan barat Bengkulu.

Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik, dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya