Asal-usul Lontong Balap, Kuliner Legendaris Khas Surabaya

Saat ini, lontong balap menjadi favorit masyarakat Kota Surabaya dan wisatawan karena cita rasanya yang lezat. Selain itu, sajian ini juga memiliki ciri khas lain berupa lentho.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Jan 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2024, 04:00 WIB
wisata kuliner surabaya
Lontong Balap Garuda Pak Gendut (sumber: Youtube/jalan & jalan)

Liputan6.com, Surabaya- Lontong balap adalah salah satu kuliner Surabaya yang banyak diminati masyarakat lokal dan wisawatan. Kuliner ini juga memiliki sejarah tersendiri hingga bisa menjadi makanan khas Kota Surabaya.

Mengutip dari surabaya.go.id, kehadiran lontong balap bermula dari wadah serupa gentong yang dipikul oleh penjualnya. Agar tak ketinggalan pembeli, para penjual ini memikul dagangannya dengan setengah berlari.

Pemandangan itu membuat mereka seolah terlihat saling balapan. Awalnya, hal ini hanya dianggap sebagai sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas sajian ini.

Hingga akhirnya, banyak orang menambahkan balap pada dagangan yang dijajakan para penjual itu. Dari sanalah, nama lontong balap berasal.

Saat ini, lontong balap menjadi favorit masyarakat Kota Surabaya dan wisatawan karena cita rasanya yang lezat. Selain itu, sajian ini juga memiliki ciri khas lain berupa lentho.

Lentho terbuat dari kacang yang direndam dengan berbagai bumbu selama satu malam. Kacang tersebut kemudian ditumbuk, dikepal, dan digoreng.

Untuk menikmati lontong balap, biasanya pembeli juga menambahkan kecap dan sambal petis pada piringnya. Kini, lontong balap dapat dijumpai di berbagai titik di Kota Surabaya, seperti di Jalan Kranggan, di daerah Wonokromo, dan di banyak sentra Kuliner yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya.

Selain lezat dan unik, lontong balap juga relatif murah. Satu piringnya hanya dijual kisaran Rp10.000 saja.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya