Mencari Jodoh Lewat Kacang, Tradisi Unik Ramadan di Wakatobi

Tradisi kacang jodoh di Wakatobi tidak hanya membawa keberkahan dalam mencari jodoh, tetapi juga memiliki dampak positif pada perekonomian lokal.

oleh Novia Harlina diperbarui 30 Mar 2024, 11:02 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2024, 02:34 WIB
La Ode Manihmudar, tokoh Masyarakat Wakatobi. (Liputan6.com/ ist)
La Ode Manihmudar, tokoh Masyarakat Wakatobi. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah bulan suci Ramadan, sebuah tradisi unik telah menghiasi Pulau Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Para gadis remaja di sana tidak hanya sibuk menjalankan ibadah, tetapi juga terlibat dalam sebuah tradisi yang disebut kacang jodoh.

Mulai dari setelah salat tarawih hingga larut malam, para gadis tersebut menggelar lapak-lapak sederhana di pinggir jalan, menjajakan kacang-kacangan. Jualan kacang ini tidak semata-mata tentang mencari keuntungan, melainkan juga merupakan upaya untuk memperluas jaringan sosial dan, yang paling penting, mencari jodoh.

Hal ini dipotret dalam tayangan Inspirasi Ramadan 2024 edisi buka puasa dengan tema Ramadan dengan Cinta: Tradisi Kacang Jodoh di Wakatobi di channel Youtube BKN PDI Perjuangan, Jum’at, (22/03/2024).

Dalam tradisi Wakatobi, kacang di bulan Ramadan bukan hanya menjadi barang dagangan, tetapi juga sarana untuk berkenalan antar sesama pemuda dan pemudi. Para gadis remaja dengan penuh semangat menyambut kedatangan pemuda-pemuda dari berbagai desa, yang turut meramaikan tradisi ini dengan berpantun dan bertukar cerita.

Letak geografis Wakatobi yang didominasi oleh batuan membuatnya menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kacang. Oleh karena itu, tanaman kacang lah yang dipilih sebagai simbol dalam mewakili tradisi ini.

Hal ini disampaikan oleh La Ode Manihmudar, tokoh Masyarakat Wakatobi saat ditanya mengenai tradisi kacang jodoh atau dikenal dengan Rapo-Rapo ini.

"Daerah kita ini kan daerah bebatuan, jadi tidak salah jika orang orang tua kita dulu, disamping menanam ubi juga menamam kacang. Sehingga media yang praktis untuk dijajakan di khalayak ramai itu adalah kacang," ungkapnya.

Tradisi kacang jodoh di Wakatobi tidak hanya membawa keberkahan dalam mencari jodoh, tetapi juga memiliki dampak positif pada perekonomian lokal. Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap tradisi ini, permintaan untuk kacang tanah sebagai sarana perkenalan juga meningkat.

Hal ini menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat, seperti peningkatan penjualan kacang dan pertumbuhan usaha kecil menengah di sektor tersebut.

Wa Mina, seorang supplier kacang tanah menceritakan bahwa pada hari hari Ramadan, permintaan kacang tanah menjadi meningkat sehingga ia dapat memperoleh keuntungan yang cukup banyak.

"Kalau di luar bulan Ramadan saya tidak menjual, karena tidak ada yang membeli. Tapi saat Ramadan sehari bisa hadir 10 liter," ungkapnya.

 

 

Transaksi Kacang Jodoh

Proses transaksi kacang jodoh di Wakatobi dimulai dengan kedatangan para pemuda dari berbagai desa yang berkunjung ke para penjual kacang setelah pelaksanaan tarawih dan memulai transaksi kacang dengan berbagai macam cara seperti berpantun atau membaca syair.

Adapun proses pengolahan kacang jodoh dimulai dengan pemilihan kacang yang baik kemudian dimasukkan ke dalam wajan yang telah dipanaskan dengan pasir di atasnya.

Pemanggangan dilakukan dengan hati-hati agar kacang tidak gosong dan matang merata. Proses ini dilakukan oleh para gadis muda dengan cara yang lembut dan berirama, dengan harapan agar nantinya mereka dapat bertemu dengan pemuda yang baik.

KH. Muhammad Syauqi MZ dalam hikmah Ramadannya menegaskan bahwa semangat tradisi ini pada hakikatnya adalah silaturahmi dan kebersamaan dalam menjaga hubungan antar sesama manusia serta menekankan nilai-nilai Islam tentang etika bertemu dengan lawan jenis dan mencari jodoh.

Hadis-hadis dari Nabi Muhammad SAW memberikan arahan tentang pentingnya memilih pasangan yang memiliki agama yang baik, dan menjaga batasan-batasan dalam interaksi sehari-hari.

"Dengan mematuhi etika Islam ini, kita mengharapkan keberkahan dan ridho Allah dalam membangun hubungan yang kuat dan harmonis, serta memperoleh keselamatan dan keberkahan dalam keluarga yang dibangun atas dasar ketakwaan," jelas pendakwah nasional dan putra dari Alm. KH. Zainuddin MZ ini.

Tradisi kacang jodoh di Wakatobi tidak hanya menjadi momen untuk mencari jodoh, tetapi juga menyiratkan nilai-nilai kebersamaan, silaturahmi, dan kesucian dalam Islam.

Meskipun terinspirasi dari upaya mencari pasangan hidup, tradisi ini membawa makna yang lebih dalam dalam menjaga hubungan antar sesama manusia dan menjalani prinsip-prinsip agama dengan baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya