Cerita Arif Muarif Melihat Seniman Tarling Djana Partanain Manggung untuk Terakhir Kalinya

Arif mengaku kagum dengan sosok Djana Partanain yang di usia senjanya masih ingin terus berkarya dan tampil di atas panggung melestarikan seni tradisi tarling.

oleh Panji Prayitno diperbarui 01 Agu 2024, 09:06 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2024, 09:04 WIB
Cerita Arif Muarif Melihat Djana Partanain Manggung untuk Terakhir Kalinya
Arif Muarif Cucu dan penerus Maestro Tarling Klasik Cirebon Djana Partanain. (ist)

Liputan6.com, Cirebon - Kepergian maestro Tarling Klasik Cirebon Djana Partanain menyisakan duka mendalam dari sejumlah kalangan. Para seniman hingga pejabat daerah mendatangi rumah duka sembari mendoakan agar keluarga mendiang diberi kekuatan.

Kepergian Djana Partanain untuk selamanya juga dirasakan sang cucu Arif Muarif. Ia mengaku ikhlas atas kepergian sang kakek di tengah persiapannya menjadi penerus Mama Djana.

"Kakek saya itu punya semangat yang tinggi bahkan sebelum meninggal beliau sempat pentas di gedung Bakorwil memeriahkan rangkaian hari jadi Cirebon. Mulai dari latihan dirumah kemudian malamnya jam 19.00 mentas sampai selesai jam 23.00 WIB," ujar Arif kepada media, Rabu (31/7/2024).

Arif mengaku saat itu, Mama Djana sudah diingatkan agar tidak tampil sampai selesai. Namun, Djana Partanain mengaku sempat menolak dan bersikukuh ingin menyelesaikan pementasannya hingga selesai.

Arif sendiri mengaku kagum dengan sosok Djana Partanain yang diusia senja masih ingin terus berkarya. Oleh karena itu, penampilannya pada hari Jumat lalu merupakan penampilan terakhir sebelum Mama Djana dibawa ke rumah sakit.

"Beliau selalu berpesan agar Tarling Klasik harus tetap lestari sesuai dengan nama album yang sudah dibuat tahun 2022 bernama Tanana Kubra yang artinya tidak akan pernah punah," ujar Arif.

Arif mengaku, pada perjalanannya, sang maestro tengah bersiap melaunching kembali album tarlingnya. Namun, belum sempat mencari studio yang bersedia memfasilitasi untuk digitalisasi karya sang maestro.

Meski demikian, Djana bersama anggota di sanggar Candra Kirana membuat rekaman sendiri. Isi dari album yang akan diluncurkan sebagian besar adalan instrumen gitar dan suling yang didominasi petikan melodi kiser Djana Partanain.

Penerus Tarling Klasik

Cerita Arif Muarif Melihat Djana Partanain Manggung untuk Terakhir Kalinya
Maestro dan pencipta melodi Kiser pada Tarling Klasik Cirebon Sudjana Partanain terus berlatih diusia senjanya. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

"Rekaman sendiri pakai alat seadanya satu persatu suara dimasukkan kemudian jadi instrumen tarling. Album yang kami rekam tahun 2022 itu memang belum diberi nama album apa tapi intinya tarling tidak akan pernah punah," ujar Arif.

Arif disebut sebagai cucu yang akan menjadi penerus Djana Partanain melestarikan musik Tarling Klasik Cirebon. Arif mengatkan, mulai jatuh cinta dengan tarling klasik Cirebon sejak ia pindah SD dari Yogyakarta ke Cirebon.

Ia melihat permainan tarling sang kakek sangat unik karena berawal dari gamelan. Sementara itu, Arif sudah belajar gamelan saat ia sekolah di Yogyakarta.

"Yang saya lihat dari Mama Djana khususnya seni tarling klasik berawal dari Gamelan. Banyak juga pemain gamelan atau yang biasa main gamelan di wayang merasa tarling beda dengan gamelan. Permainan sama mungkin pakem beda, Mama Djana mengembangkan itu jadi tidak satu laras karena dalam gamelan di Cirebon ketahui ada 3 yaitu Pelog, Slendro, Prawa. Nah Cirebon punya laras prawa dan itu dikembangkan lagi oleh kakek saya sehingga bisa masuk lagu lain. Pakem sih tetap gamelan tapi kreasinya yang dikembangkan," ujar Arif.

Namun demikian, ia mengaku tak ingin gegabah memutuskan masa depan Tarling Klasik di tengah perkembangan modern. Arif sendiri mengaku menjadikan seni sebagai hobi, sehingga menjadi semangat dan siap untuk bersaing di tengah musik modern.

Arif akan terus mempelajari tarling klasik dan melestarikannya meskipun belum semahir sang kakek. Bersama rekan-rekan di sangar Candra Kirana, Ia mengaku optimis Tarling Klasik akan kembali menjadi identitas Cirebon.

"Mencari cara entah bagaimana bisa tetap lestari lewat jalur pendidikan atau melalui jalur media sosial. Kami pasti transformasi ke digital untuk mengenalkan tarling klasik," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya